Sejarah Pemikiran Ekonomi Praklasik, Klasik, Sosialis dan Neoklasik
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Perintis Sosialis
Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis ditemukan terutama dalam
ajaran-ajaran agama, kaidah-kaidah hukum, etika atau aturan-aturan moral.
Misalnya dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun 1700 sM, masyarakat Yunani
telah menjelaskan tentang rincian petunjuk-petunjuk tentang cara-cara
berekonomi.
Plato hidup pada abad keempat sebelum Masehi mencerminkan pola
pikir tradisi kaum ningrat. Ia memandang rendah terhadap para pekerja kasar dan
mereka yang mengejar kekayaan. Plato menyadari bahwa produksi merupakan basis
suatu negara dan penganekaragaman (diversivikasi) pekerjaan dalam masyarakat
merupakan keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat memenuhi sendiri
berbagai kebutuhannya. Inilah awal dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi
kemudian dikembangkan oleh Adam Smith.
Aristoteles merupakan tokoh pemikir ulung yang sangat tajam,
dan menjadi dasar analisis ilmuwan modern sebab analisisnya berpangkal dari
data. Konsep pemikiran ekonominya didasarkan pada konsep pengelolaan rumah
tangga yang baik, melalui tukar-menukar. Aristoteleslah yang membedakan dua
macam nilai barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Ia menolak kehadiran uang
dan pinjam-meminjam uang dengan bunga, uang hanya sebagai alat tukar-menukar
saja, jika menumpuk kekayaan dengan jalan minta/mengambil riba, maka uang
menjadi mandul atau tidak produktif.
Xenophon seorang prajurit, sejarawan dan murid Socrates yang
mengarang buku Oikonomikus (pengelolaan rumah tangga). Inti pemikiran Xenophon
adalah pertanian dipandang sebagai dasar kesejahteraan ekonomi, pelayaran dan
perniagaan yang dianjurkan untuk dikembangkan oleh negara, modal patungan dalam
usaha, spesialisasi dan pembagian kerja, konsep perbudakan dan sektor
pertambangan menjadi milik bersama.
THOMAS AQUINAS (1225-1274) seorang filosof dan tokoh pemikir ekonomi
pada abad pertengahan, mengemukakan tentang konsep keadilan yang dibagi dua
menjadi keadilan distributife dan keadilan konvensasi, dengan menegakkan hukum
Tuhan maka dalam jual-beli harus dilakukan dengan harga yang adil (just-price)
sedang bunga uang adalah riba. Tetapi masalah riba, upah yang adil dan harga
yang layak ini merupakan masalah yang terus-menerus diperdebatkan dalam ilmu
ekonomi.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Merkantilis
Merkantilis merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur
tangan pemerintah yang dominan, proteksionisme serta politik kolonial,
ditujukan dengan neraca perdagangan luar negeri yang menguntungkan .
Pemikiran-pemikiran
ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan adanya pembagian kerja yang
timbul di dalam masyarakat, pembagian kerja secara teknis dan pembagian kerja
teritorial, yang selanjutnya akan mendorong perdagangan internasional.
Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan
yang sangat melindungi industri, dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan,
sementara itu terjadi pembatasan-pembatasan yang terkontrol dalam kegiatan
perdagangan luar negeri, kebijakan kependudukan yang mendorong keluarga dengan
banyak anak, kegiatan industri di dalam negeri dengan tingkat upah yang rendah.
Proteksi industri yang menganjurkan persaingan dalam negeri, dan tingkat upah
yang rendah mendorong ekspor.
Teori kuantitas uang didasarkan pada jumlah uang yang beredar
mempengaruhi tingkat bunga dan tingkat harga barang. Ke luar masuknya
logam-logam mulia mempengaruhi tingkat harga di dalam negeri serta jumlah uang
yang beredar, dan kecepatan uang beredar.
Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini berhubungan dengan
tujuan proteksi industri di dalam negeri, dan menjaga rencana perdagangan yang
menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha meningkatkan peranannya dalam
perdagangan internasional dan perluasan-perluasan kolonialisme.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Pisiokrat
Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran
ekonomi Merkantilis, tokoh pemikir yang paling terkenal pada mazhab ini adalah
Francois Quesnay. Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam perkembangan ilmu
ekonomi adalah hukum-hukum alamiah, dan menjelaskan arus lingkaran ekonomi.
Inti pemikiran utama dalam mazhab Pisiokrat adalah dituangkan
dalam tabel ekonomi yang terdiri dari classe productive dari kaum petani,
classe des froprietaires dari kaum pemilik tanah, classe sterile atau classe
stipendile yang meliputi kaum pedagang dan industriawan dan classe passieve
adalah kaum pekerja.
Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang menonjol dalam
perkembangan ilmu ekonomi selain lingkaran arus ekonomi dalam tabel ekonomi
yaitu tentang teori nilai dan harga yang terbagi menjadi tiga yaitu harga dasar
barang-barang, harga penjualan dan harga yang harus dibayar konsumen. Teori
uang yang dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is veil) dan perlunya
pengenaan pajak untuk kepentingan ekonomi.
terhadap pemikiran ekonomi yakni teori uang sebagai tabir, dan teori
fruktifikasi. Teori uang sebagai tabir yang mempersulit pengamatan fenomena
ekonomi. Namun demikian pemikiran ini merupakan gagasan ke arah menemukan dasar
satuan perhitungan yang ia, tetapi dikemukakan atas transaksi barter dengan
nilai alat tukar dapat berubah-ubah karena jumlahnya.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik
Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak
berbeda dengan filsafat mazhab pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada
tindakan-tindakan rasional, dan bertolak dari suatu metode alamiah. Kaum klasik
juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas, dengan perkataan lain secara
normatif.
Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez
faire. Politik ini menunjukkan diri dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
mazhab klasik, dan dengan keseimbangan yang bersifat otomatis, di mana
masyarakat senantiasa secara otomatis akan mencapai keseimbangan pada tingkat
full employment.
Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada
mekanisme pasar. Teori harga merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan
mengajarkan bahwa proses produksi dan pembagian pendapatan ditentukan oleh
mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme permintaan dan penawaran itu akan
menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi dalam susunan kehidupan
ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan perusahaan
orang-perorangan.
Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah,
pemikiran pesimistik dan individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi
dan kemerdekaan alamiah, mengritik pemikiran ekonomi sebelumnya, dan kebebasan
individulah yang menjadi inti pengembangan kekayaan bangsa, dengan demikian
politik ekonomi klasik pada prinsip laissez faire.
Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik Adam Smith (1723-1790)
Adam
Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy Skotlandia
tahun 1723, guru besar dalam ilmu falsafah di Universitas Edinburgh,
perhatiannya bidang logika dan etika, yang kemudian semakin diarahkan kepada
masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar pikiran dengan Quesnay dan Turgot
dan Voltaire.
Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor dalam mazhab Klasik.
Karya besar yang disebut di atas lazim dianggap sebagai buku standar yang
pertama di bidang pemikiran ekonomi gagasannya adalah sistem ekonomi yang
mengoperasionalkan dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang diatur oleh
invisible hand, pemerintah bertugas melindungi rakyat, menegakkan keadilan dan
menyiapkan sarana dan prasarana kelembagaan umum.
Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya
produksi, walaupun semula menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang
mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Ongkos produksi menentukan harga relatif
barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga pasar
dalam jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga alamiah, dan
dengan teori tersebut timbul konsep paradoks tentang nilai.
Sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga kerja, keterampilan dan
modal. Dengan demikian, timbul persoalan pembagian pendapatan yakni upah untuk
pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa untuk tuan tanah. Tingkat sewa tanah
akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun, dengan asumsi berlaku dana
upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi kurang subur, sedangkan persaingan
tingkat laba menurun yang akhirnya mencapai kegiatan ekonomi yang stationer.
Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat berguna dalam usaha meningkatkan
produktivitas. Pembagian kerja akan mengembangkan spesialisasi. Pertambahan
penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini meningkatkan
permintaan dan perluasan pasar.
Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik: J.B. Say, Malthus dan
David Ricardo
Jean Batiste Say adalah seorang pakar ekonomi kelahiran
Perancis yang berasal dari keluarga saudagar dan menjadi pendukung pemikiran
Adam Smith. Say memperbaiki sistem Adam Smith dengan cara yang lebih sistematis
serta logis. Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang pasar dan
pemasaran) dan dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu supply creats its
oven demand tiap penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Menurut Say
dalam perekonomian bebas atau liberal tidak akan terjadi “produksi berlebihan”
(over production) yang sifatnya menyeluruh, begitu juga pengangguran total
tidak akan terjadi. Yang mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi
yang sifatnya sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas
(pengangguran friksi).
Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun 1766 di Inggris, sepuluh
tahun sebelum Adam Smith menerbitkan The Wealth of Nations dan meninggal tahun
1834. Malthus adalah seorang ilmuwan di bidang teologi yang kemudian memusatkan
perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi dalam perkembangan masyarakat.
Malthus adalah alumnus dari University of Cambridge, Inggris, tempat ia
menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan ilmu sejarah klasik. Malthus
diangkat menjadi Profesor of History and Political Economy di East India
College. Bagian yang paling penting dalam pola dasar pemikiran Malthus dan
kerangka analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori
tentang penduduk dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of
Population. Teori Malthus pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak
terkontrol menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan
bahan makanan bertambah secara deret hitung.
Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara
segenap pakar Mazhab Klasik. Ia sangat terkenal karena kecermatan berpikir,
metode pendekatannya hampir seluruhnya deduktif. David Ricardo telah
mengembangkan pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih terjabar dan juga
lebih sistematis. Dan pendekatannya teoretis deduktif, pemikirannya didasarkan
atas hipotesis yang dijadikan kerangka acuannya untuk mengkaji berbagai
permasalahan menurut pendekatan logika. Teori yang dikembangkan oleh Ricardo
menyangkut empat kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan
sebagai pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah,
teori sewa tanah, teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori
perdagangan internasional dan, teori tentang akumulasi dan perkembangan
ekonomi.
PEMIKIRAN EKONOMI MAZHAB SOSIALIS
Sejarah
Pemikiran Mazhab Sosialis dan Kritik terhadap Pemikiran Ekonomi Klasik
Kritik yang dikemukakan oleh mazhab sosialis berhubungan
dengan doktrin laissez faire dengan pengendalian tangan tak kentara (invisible
hand) dan intervensi pemerintah. Pemikiran yang dibahas adalah tentang teori
nilai, pembagian kerja, teori kependudukan, dan the law of deminishing return,
dan kritiknya karena asumsi bahwa negaralah yang berhak untuk mengatur kekayaan
bangsa.
Para pengritik mazhab klasik terutama dari Lauderdale,
Sismonde, Carey, List dan Bastiat. Lauderdale mengajukan kritik bahwa nilai
barang ditentukan oleh kelangkaan dan permintaan, sedangkan Muller dan List
melihat bahwa nilai barang ditentukan juga tidak hanya oleh modal fisik, tetapi
juga oleh modal spiritual dan modal mental. Demikian juga Carey melihat tentang
teori nilai dari segi teori biaya reproduksi, sedangkan Bastiat bahwa
faktor-faktor yang menentukan nilai barang adalah besarnya tenaga kerja yang
dikorbankan pada pembuatan barang, menurut beliau hal-hal yang menjadi karunia
alam tidak mempunyai nilai, kecuali telah diolah manusia.
Sismonde mengajukan keberatan terhadap teori kependudukan
Malthus, dan tidak mungkin dapat dikendalikan dengan cara-cara yang dikemukakan
Malthus, sebab sangat tergantung pada kemauan manusia dan kesempatan kerja, dan
kawin yang selalu dikaitkan dengan kemampuan ekonomi. Mesin mempunyai fungsi
untuk menggantikan tenaga kerja manusia, aspek mesin tidak selalu mempunyai
keuntungan dalam meningkatkan kekayaan bangsa. Carey berpendapat pertambahan
modal lebih cepat dari pertambahan penduduk.
Sismonde berpendapat bahwa pembagian kerja skala produksi
menjadi semakin besar dan tidak dapat dikendalikan sehingga terjadi kelebihan
produksi. Muller berpendapat bahwa pembagian kerja telah membawa pekerjaan ke
dalam perbudakan dan tenaga kerja menjadi mesin. Pemikiran List bukan pembagian
kerja yang paling penting tetapi mengetahui dan menggunakan kekuatan-kekuatan
produktif dalam usaha meningkatkan kekayaan bangsa.
Pemikiran John Stuart Mill banyak dipengaruhi oleh Jeremy
Bentam yang beraliran falsafah utilitarian, bebannya sangat berat dalam
mempelajari falsafah, politik dan ilmu sosial, yang menjadikan mental
breakdown. Kritik terhadap ekonomi klasik terutama pada Smith, Malthus dan
Ricardo, dipelajari oleh Mill. Sementara itu pemikiran ekonomi sosialis mulai
berkembang, dasar sistem ekonomi klasik adalah laissez faire, hipotesis
kependudukan Malthus, hukum lahan yang semakin berkurang, teori dana upah
mendapat tantangan. Dalam era inilah pemikiran Mill dituangkan dalam bukunya
yang berjudul Principle of Political Economy, dengan pemikiran yang
eklektiknya.
Sumbangan yang paling besar Mill adalah metode ilmu ekonomi yang
bersifat deduktif dan bersama dengan metode induktif. Karena hipotesisnya belum
didukung dengan data empirik, di samping itu pembahasannya tentang teori nilai
tidak melihat dari biaya produksi, tetapi telah menggunakan sisi permintaan
melalui teori elastisitas. Mill menjelaskan bahwa hukum yang mengatur produksi
lain dengan hukum distribusi pendapatan, juga memperkenalkan human capital
investment yaitu keterampilan, kerajinan dan moral tenaga kerja dalam
meningkatkan produktivitas.
Ekonomi Mazhab Sosialis Utopis
Dari pandangan pemikiran yang revolusioner Karl Marx dan
Enggel pemikiran ini biasa disebut kaum sosialis ilmiah dan ada yang tetap
mempertahankan dengan cara-cara yang bersifat ideal dan terlepas dari kekuasaan
politik disebut sosialis utopis dengan dipelopori oleh Thomas More, Francis
Bacon, Thomas Campanella, Oliver Cromwell, Gerard Winstanley, James
Harrington..
Perkataan Utopis berasal dari judul buku Thomas More dalam tahun
1516 Tentang Keadaan Negara yang Sempurna dan Pulau Baru yang Utopis. Francis
Bacon dalam bukunya Nova Atlantis (1623), dan Thomas Campanella (1623) dalam
bukunya Negara Matahari (Civitas Solis).
Saint Simon (1760-1825), dari Perancis bukunya The New Christianity
dan Charles Fourier (1772-1837) bercita-cita menciptakan tata dunia baru yang
lebih baik bukan dengan kotbah tetapi dengan model percontohan. Louis Blanc
mengusahakan agar didirikan ateliers sociesux yakni pabrik-pabrik yang dihimpun
negara. Pierre Joseph Proudhom (1809-1865 ) Beliau yakin akan asas persamaan
dan lama sekali tidak setuju dengan hak milik pribadi terhadap perusahaan.
Ekonomi Mazhab Sosialis Ilmiah
Karl Marx dilahirkan di Treves Jerman dan seorang keturunan
Yahudi. Ia seorang ilmuwan dan pemikir besar bidang filosof serta Pemimpin
Sosialisme Modern. Ia belajar di Universitas Bonn kemudian di Universitas
Berlin di Jerman dan memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa studinya ia
banyak dipengaruhi oleh Friedrich Hegel seorang Filosof Besar Jerman bidang
falsafah murni.
Friedrich Engels, berasal dari kalangan usahawan besar di
Jerman, keluarganya memiliki sejumlah perusahaan industri tekstil di Jerman
maupun di Inggris. Sejak usia muda Engels menaruh minat terhadap ilmu falsafah
dan ilmu pengetahuan masyarakat. Nalurinya tergugah oleh apa yang diamatinya
dan disaksikannya sendiri mengenai kehidupan masyarakat dalam lingkungan
kawasan industri di Jerman dan di Inggris. Engels bertemu dengan Marx tahun
1840 di Paris, sewaktu Marx hidup dalam pembuangan.
Teori tentang perkembangan ekonomi menurut Marx sebenarnya
dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama pemikirannya tentang proses akumulasi
dan konsentrasi, kedua teori tentang proses kesengsaraan/pemiskinan yang meluas
(die verelendung atau increasing misery), ketiga teori tentang tingkat laba
yang cenderung menurun.
Menurut teori konsentrasi perusahaan-perusahaan makin lama
makin besar, sedangkan jumlahnya makin sedikit. Perusahaan-perusahaan besar
bersaing dengan perusahan kecil maka perusahaan kecil akan kalah dalam
persaingan dan kemudian perusahaan kecil lenyap. Timbullah
perusahaan-perusahaan raksasa. Para pengusaha kecil dan golongan menengah
menjadi orang miskin.
Sedangkan teori akumulasi menyatakan bahwa para pengusaha raksasa
semakin lama semakin kaya dan menumpuk kekayaan yang terkonsentrasi pada
beberapa orang, dan para pengusaha kecil akhirnya jatuh miskin dan pengusaha
kecil yang berdiri sendiri menjadi proletariat. Sejauhmana proses akumulasi
yang dimaksud di atas bisa berjalan tergantung dari a) tingkat nilai surplus,
b) tingkat produktivitas tenaga kerja, dan c) perimbangan bagian nilai surplus
untuk konsumsi terhadap bagian yang disalurkan sebagai tambahan modal.
PEMIKIRAN EKONOMI NEOKLASIK
Perintis Analisis Marjinal
Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik
dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada
nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan
marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru
dalam teori ekonomi.
Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah
memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai
Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang
yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II,
bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang
yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori
nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah
yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang
menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde
berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat
kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka
tercakup sekaligus teori distribusi.
Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang
teori keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam
sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori
produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah
persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan
teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah
satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas
ekonomi
Teori Produktivitas Marjinal
Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih
akurasi dan tajam karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada
kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran
generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi yang
sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi,
dan distribusi yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B.
Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam
menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai
nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori
produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan
dengan objektif dan adil. Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat
upah sama dengan PPMt nya?
Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama
dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang
dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun.
Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal
ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri.
Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi
terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva
produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos
rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi
constant return to scale.
Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan
Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal
dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark
mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi
daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi
oleh produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya
premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang.
Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang,
yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula
terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan
investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga
merupakan marginal rate of return over cost.
Pemikiran Marshall sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik
Sumbangan
yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan
sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik.
Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat
bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi
merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti
pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka
digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur
waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat
pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal
terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan
matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan
pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki
dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai
sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti
dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung
koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif.
Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari
satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi
permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert
Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan
permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox.
Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh Slurtky.
Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan
pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja
lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi
surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil
daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak
juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang
struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva
ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor
internal dan eksternal perusahaan atau industri.
Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan
ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi
seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik
keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan
dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi
kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi
tidak stabil.
Mazhab Institusionalisme
Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa
kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak
hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain
(seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap
gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran
ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas
daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan
memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan
perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel
ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial
sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan
bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori
ekonomi ortodoks, seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba
maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak
terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi
harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara
tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi.
Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang
menentukan proses produksi.
Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh
ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari
disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong
berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya
melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.
Tindakan Kolektif dan Surplus yang tidak Produktif
Mitchell seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh
pemikiran lain ia mempunyai pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua
pandangan Veblen disetujuinya, bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks,
pandangan Veblen mendapat kritik. Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi,
logika yang abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah
menggunakannya sebagai teori dalam penelitian. Dia lebih menekankan penelitian
empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan
mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif secara evolusioner digunakannya
dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari
keputusan-keputusan pengusaha, reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba.
Siklus-bisnis terdiri beberapa tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan
masa-masa makmur (boom).
John R. Commons seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di
Universitas Wisconsin. Commons mencoba untuk melakukan perubahan sosial,
penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di kampusnya, dan banyak
memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap ekonomi
ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit, statik, dan
mencoba memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan politik dalam
pembahasannya. Teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku dalam
kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks terjadi pertukaran, tetapi
bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam pasar, yakni
transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi
distribusi. Dalam transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat,
hukum dan kejiwaan.
Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi
ortodok, yaitu ada tiga kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya,
yakni tidak dapat menyelesaikan masalah full employment yang dijanjikan teori
ekonomi ortodoks, distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar bukanlah ukuran
terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif
tidak disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis
tentang timbulnya imperialisme, karena terjadi under consumption dan over
saving di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah baru.
Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full
employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan produktivitas.
Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas kebutuhan
cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan memberikan kelebihan yang
tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian pendapatan akan mendorong
peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan akan terhindarlah ekonomi
dari resesi.
Inovasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika
Pemikiran yang paling menonjol dari Schumpeter tentang
pembahasan ekonomi jangka panjang terlihat dalam analisisnya baik mengenai
terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan terjadinya
siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statik dan stasioner itu mengalami
gangguan dengan adanya inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari
keseimbangan baru. Inovasi akan terhenti kalau kapten industri (wiraswasta)
telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin. Walaupun Schumpeter
menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek
dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi,
depresi, recovery, dan boom. Invensi dan inovasi merupakan kreativitas yang
bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh penemuan esok,
tetapi ekonomi tetap tumbuh.
Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar
dewasa ini tertarik dengan pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab
terjadinya kemiskinan di negeri-negeri maju dan yang sedang berkembang. Dalam
mengatasi persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-teori ekonomi
ortodoks, oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di
negeri-negeri yang sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas,
dan perencanaan itu meliputi segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan,
kesehatan, kependudukan, dan semua sektor. Alat analisisnya seperti yang
dilakukan oleh Mitchell, yakni sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi,
kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi
sebab kejadian yang merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.
John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di
AS, yang tidak sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari
teori ekonomi ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks menurut Galbraith
ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan sempurna,
pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini
menentukan selera konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga
timbul dependent-effect pemilik modal telah terpisah dengan para manajer yang
profesional, dan para manajer ini telah menjadi technostructure masyarakat.
Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran
lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh
barang-barang dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol
oleh kekuatan pengimbang seperti kekuatan buruh, pemerintah, dan
lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin kelanjutan kekuasaan
perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkannya.
Sumber: Buku Sejarah Teori-teori
Ekonomi Karya Disman
Berbagai sumber di google
Komentar