Teori-teori ekonomi sumber daya manusia
Toeri Klasik Adam Smith (1729-1790
Smith mengangap bahwa
manusialah sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran
bangsa-bangsa. Alasannya alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya
manusia yang pandai mengelolahnya sehingga berguna bagi kehidupan.
Teori Klasik JB. Say (1767-1832)
Terhadap
aliranklasik pandangannya adalah setiap penawaran akan menciptakan
permintaan sendiri (supply creates is own demand) . pendapat Say ini
disebut dengan hukum Say (Say’s Law). Menurutnya peningkatan produksi selalu di
iringi dengan peningkatan permintaan. Jadi dalam perekonomian yang
menganut pasar persaingan sempurna tidak akan terjadi kelebihan penawaran.
Teori Maltus (1766-1834)
Ber
anggapan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi
hasil pertanian, untuk memenuhi kebutuhan manusia. Maltus tidak percaya
bahwa teknologi mampu berlomba denga penduduk. Maltus juga berpendapat bahwa
jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan turunnya produksi perkepala.
Dalam Essay on the principles of population (0796) ia
mengatakan bahwa satu-satuya cara untuk menghindarkan malapetaka adalah dengan
melakukan kontrol atau pengawasan atas pertumbuhan penduduk.
Teori Keynes
Kaum
klasi percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar
akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam keseimbangan
kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli
barang yang dihasilkan.
Teori Harrod-Domar (1946)
Yang dikenal dengan teori
pertumbuhan, menurut teori ini investasi tidak hanya menciptakan
permintaan. Tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang
membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak
menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengn permintaan yang besar
pula, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.
Teori coala-Hoover
Coala-Hoover tidak melihat
penduduk semata sebagai input dalam proses produksi, tetapi terutama sebagai
konsumen hasil produksi. Coala-Hoover memperhatikan persoalan negara miskin.
Menurutnya kemiskinan bukan akibat permintaan agresif, namun kurang tersedianya
modal fidik pembangunan, vigor, enterprise, cooperation, adptability pada semua
komponen angkatan kerja. Mereka berpendapat bahwa perubahan penduduk baru
terasa pada penduduk sebagai output proses produksi setelah korun waktu tiga
puluh tahun.
Teori Ester Boserup (1965)
Menyimpulkan bahwa
pertumbuhan penduduk justru menyebabkan diapakainya sistem pertanian yang lebih
insentif di suatu masyarakat primitif dan meningkatkan output lebih di sektor
pertanian. Ester juga berpendapat bahwa penduduk berakibat
dipilihnya sistem teknologi pertanian pada tingkat yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, inovasi teknologi ada lebih dahulu inovasi itu hanya
menguntungkan bila jumlah penduduk lebih banyak.
Teori Rational Expectation
Aliran Ratex
memodifikasi perluasan teori klasik. Tapi dalam teari ini ditambahkan suatu
asumsi penting yaitu bahwa masyarakat tidak bodoh. Orang selalu mengejar
kepentingan sendiri, untuk itu mereka akan menggunakan semua informasi
yng mereka punyai untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dan perkiraan
itulah yang melandasi tingkah lakunya.
Dalam rational expectation
aspek ketenaakerjaan seperti permintaan dan penawaran dibahas secara mendalam.
Menurut teori ini perubahan permintaan, apakah melalui ekspansi moneter atau
rangsangan fiskal hanya kan meningkatkan output nyata atau employment. Bila
masyarakat tidak menduga adanya kenaikan permintaan itu, tetapi
masyarakat kemudian belajar dari pengalaman tentang peruabahan permintaan yang
tidak diduga tersebut. Akhirnya, permintaan akan kembali seperti semula. Output
nyata employment kembali dikritik keseimbangan semula.
Komentar