Biografi (Lengkap) BJ Habibie : Bapak Teknologi dan Demokrasi Indonesia 2
Teori Pembangunan
Ekonomi Habibie
Menjadi pimpinan di Industri
Pesawat Terbang skala besar di Jerman selama bertahun-tahun memberikan
inspirasi dan mempengaruhi pemikiran Habibie. Berlandaskan pengalaman itu,
Habibie memiliki keyakinan bahwa untuk bisa menjadi negara maju tidak selalu
perlu melewati “tahap-tahap” pembangunan yakni pertanian/agraris industri
pengolahan pertanian, manufaktur, industri teknologi rendah/menengah baru ke
teknologi tinggi. Ia mengemukan teori pembangunan ekonomi negara yang berbeda
yakni “Dari negara agraris langsung melompat ke tahap negara
industri teknologi tinggi”,
tanpa harus menunggu dan melewati kematangan indsutri pertanian, atau tahapan
industri manufaktur serta teknologi rendah.
“The basis of any
modern economy is in their capability of using their renewable human resources.
The best renewable human resources are those human resources which are in a
position to contribute to a product which uses a mixture of high-tech.” (Sumber
: BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Dari teori pembangunan ekonomi
tersebut, Habibie sangat menekankan pada kualitas SDM bukan semata SDA. Dengan
meningkatkan sumber daya manusia (human resources), maka kita dapat membuat
produk berteknologi tinggi dimana memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini pun
akan mentriger berdirinya perusahaan-perusahaan pendukung dengan teknologi
lebih rendah. Jadi, prinsip pembangunan industri ala Habibie adalah Top-Down
(dari tinggi hingga ke rendah). Sedangkan secara konvensional adalah dari
Down-Top (dari industri teknologi rendah ke teknologi tinggi).
Selama masa pengabdiannya di
Indonesia, Habibie memegang 47 jabatan penting seperti : Direkur Utama (Dirut)
PT. Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), Dirut PT Industri Perkapalan
Indonesia (PAL), Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD), Kepala Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Kepala BPPT, Kepala BPIS, Ketua ICMI,
dan masih banyak lagi.
Habibie : Bapak
Demokrasi Indonesia
Ketika mendapat amanah menjadi
Presiden RI ke-3, kondisi ekonomi, sosial, stabilitas politik, keamanan di
Indonesia berada di ujung tanduk “revolusi”. Dengan mengambil kebijakan yang
salah serta pengelolaan ekonomi yang tidak tepat, maka Indonesia 1998
berpotensi masuk dalam era “chaos” ataupun revolusi berdarah. (catatan : perlu
diingat bahwa reformasi 1998 menelan ratusan bahkan ribuan korban pembunuhan
dan pemerkosaan serta serangkaian kerusuhan, penjarahan,
pembakaran, yang terutama ditujukan pada etnis Tionghoa). Untungnya di tahun 1998,
Indonesia tidak masuk dalam era revolusi jilid-2 namun hanya masuk dalam era
reformasi.
Belajar dari kesalahan presiden
pendahulunya, Jenderal Soeharto, Presiden Habibie memimpin Indonesia dengan
cermat, cepat, telaten, rasional dan reformis. Habibie menunjukkan perhatiannya
terhadap keinginan bangsa untuk lebih mengerti dan menerapkan prinsip umum
demokrasi. Perhatiannya didasarkan pada pengamatan Habibie pada pemerintahan
Orde Lama dan sebagai pejabat pada masa Orde Baru, dimana telah mengarahkan
beliau untuk mempelajari situasi yang ada. Melalui proses yang sistematik,
menyeluruh, dan menyatu, Habibie mengembangkan sebuah konsep yang lebih jelas,
sebuah pengejewantahan dari proaktif dan prediksi preventive atas interpretasi
dari demokrasi sebagai sebuah mesin politik. Konsep ini kemudian
diimplementasikan dalam berbagai agenda politik, ekonomi, hukum dan keamanan
seperti:
·
Kebebasan multi
partai dalam pemilu (UU 2 tahun 1999)
·
Undang Undang anti
monopoli (UU 5 tahun 1999)
·
Kebijakan
Independensi BI agar bebas dari pengaruh Presiden (UU 23 tahun 1999)
·
Kebebasan berkumpul
dan berbicara, (selanjutnya masyarakat lebih mengenal istilah demonstrasi)
·
Pengakuan Hak Asasi
Manusia (UU 39 tahun 1999)
·
Kebebasan pers dan
media,
·
Usaha usaha
menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme atau dengan kata lain adalah pemerintahan yang baik dan
bersih. (Membuat UU Pemberantasan Tindak Korupsi pada tahun 1999)
·
Penghormatan terhadap
badan badan hukum dan berbagai institusi lainnya yang dibentuk atas prinsip
demokrasi;
·
Pembebasan
tahanan-tahanan politik tanpa syarat, (eg. Sri Bintang Pamungkas dan Muktar
Pakpahan)
·
Pemisahan Kesatuan
Polisi dari Angkatan Bersenjata.
Dalam waktu yang relatif singkat
sebagai Presiden RI, Habibie telah memelihara pandangan modern beliau dalam
demokrasi dan mengimplementasikannya dalam setiap proses pembuatan keputusan.
Peran penting Habibie dalam percepatan proses demokrasi di Indonesia dikenal
baik oleh masyarakat nasional ataupun internasional sehingga beliau dianggap
sebagai “Bapak Demokrasi“. Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah nyata.
Ketika MPR, institusi tertinggi di Indonesia yang memiliki wewenang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden, menolak pidato pertanggung-jawaban Habibie
(masalah
referendum Timor-Timur), Habibie secara
berani mengundurkan diri dari pemilihan Presiden yang baru pada tahun 1999.
Beliau melakukan ini, selain penolakan MPR atas pidatonya tidak mengekang
beliau untuk terus ikut serta dalam pemilihan, dan keyakinan dari pendukung
beliau bahwa beliau akan tetap bisa unggul dari kandidat Presiden lainnya, karena
yakin bahwa sekali pidatonya ditolak oleh MPR akan menjadi tidak etis baginya
untuk terus ikut dalam pemilihan. Keputusan ini juga dimaksudkan sebagai
pendidikan politik dari arti sebuah demokrasi.
Karena “demokratis”-nya Habibie,
maka iapun memberikan opsi referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk menentukan
sikap masa depannya. Namun, perlu dicatat bahwa Habibie bukanlah orang yang
bodoh dengan mudah memberikan opsi referendum tanpa alasan yang jelas dan
tepat. Habibie sebagai Presiden RI memberikan opsi referendum kepada rakyat
Timor-Timur mengingat bahwa Timor-Timur tidak masuk dalam peta wilayah
Indonesia sejak deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Secara yuridis, wilayah kesatuan negara Indonesai sejak 17 Agustus 1945 adalah wilayah
bekas kekuasaan kolonialisme Belanda yakni dari Sabang (Aceh) hingga Merauke
(Irian Jaya/ Papua). Ketika Indonesia merdeka, Timor-Timur merupakan wilayah
jajahan Portugis, dan bergabung bersama Indonesia dengan dukungan kontak
senjata.
Bagi sebagian orang menganggap
bahwa masuknya militer Indonesia di Timor-Timur merupakan bentuk
neo-kolonialisme baru (penjajahan modern) dari Indonesia pada tahun 1975. Seharusnya Indonesia
tidak ikut campur pada proses kemerdekaan Timor-Timur dari penjajahan Portugis.
Jadi, kita dapat memahami dibalik landasan Habibie dimana provinsi Timor-Timur
lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlu dicatat bahwa kasus
Aceh dan Papua berbeda dengan Timor-Timur.
Habibie : Master of
Economic
Sejak era reformasi 1998, tampaknya
hanya Habibie yang menjadi presiden yang benar-benar sukses mengelola ekonomi
dengan baik. Dalam kondisi yang amburadul, kacau balau baik dalam bidang
ekonomi, politik, sosial dan tiada hari tanpa demonstrasi, Habibie mampu
membawa ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Meskipun Presiden Singapura Lee
Kuan Yeew berusaha mendiskritkan kemampuan Habibie untuk memimpin Indonesia,
toh Habibie menunjukkan bukti. Ketika banyak orang yang menyangsikan bahwa
Habibie mampu bertahan selama 3 hari sebagai Presiden, namun semua dapat
dilalui. Lalu, pihak-pihak yang tidak suka dengan Habibie pun menyampaikan
opini bahwa Habibie tidak mampu bertahan lebih dari 100 hari. Sekali lagi,
Habibie membuktikan bahwa ia mampu memimpin Indonesia dalam kondisi kritis.
Dari nilai tukar rupiah Rp 15000
per dollar diawal jabatannya, Habibie mampu membawa nilai tukar rupiah ke
posisi Rp 7000 per dollar. Ketika inflasi mencapai 76% pada periode
Januari-September 1998, setahun kemudian Habibie mampu mengendalikan harga
barang dan jasa dengan kenaikan 2% pada periode Januari-September 1999. Indeks
IHSG naik dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan memimpin. Tentu,
indikator-indikator kesuksesan ekonomi era Habibie tidak dapat diikuti dengan
baik oleh masa pemerintah Megawati maupun SBY.
Beberapa keberhasilan ekonomi di
era Habibie sebenarnya tidak lepas dari usaha keras dan perubahan mendasar dari
para tokoh reformis yang duduk di kabinet seperti Adi Sasono (Men. Koperasi),
Soleh Salahuddin (Men. Kehutanan dan Perkebunan), Tanri Abeng (Men. BUMN).
Namun, perlu disadari bahwa Habibie bukanlah presiden yang benar-benar reformis
dalam menolak kebijakan ekonomi ala IMF. Dengan keterbatasannya, beliau
terpaksa menjalana 50 butir kesepakatan (LoI) antara pemerintah Indonesia
dengan IMF, sehingga penangganan krisis ekonomi di Indonesia pada hakikatnya
lebih pada penyembuhan dengan “obat generik”, bukan penyembuhan ekonomi
“terapis” ataupun “obat tradisional”. Sehingga ketika meninggalkan tampuk
kekuasaan, Indonesia masih rapuh.
Disisi lain, Habibie masih
sangat mempercayai tokoh-tokoh Orba duduk di kabinetnya, padahal masyarakat
menuntut reformasi. Dan tampaknya, Habibie memang menempatkan dirinya sebagai
Presiden Transisi, bukan Presiden yang Reformis.
Habibie : Cendekiawan Muslim
Kekuasaan adalah amanah dan titipan Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Kuasa, bagi mereka yang percaya atas eksistensi-Nya. Bagi mereka yang
tidak percaya atas eksistensi-Nya, kekuasaan adalah amanah dan titipan rakyat.
Pemilik kekuasaan tersebut, setiap saat dapat mengambil kembali milik Nya
dengan cara apa saja.
(Habibie : Detik
Detik yang Menentukan, halaman 31)
Selain memiliki kecerdasan yang
tinggi (mungkin orang terjenius dari Indonesia), Habibie dikenal sebagai
cendekiawan muslim yang taat sekaligus reformis. Dalam menghadapi berbagai
kesulitan, Habibie tidak luput dari do’a dan sholat untuk mendapat petunjuk
atau ilham. Mendapat jabatan sebagai Presiden bagi Habibie merupakan amanah dan
titipan dari Allah untuk mengabdi dengan sepenuh hati.
Meskipun tidak terjun dalam
dunia politik dan kekuasaan, Habibie tetap memberikan sumbangsih kepada bangsa
Indonesia dengan mendirikan The Habibie Centre pada 10 November 1999.Habibie Center merupakan organisasi yang berusaha
memajukan proses modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan
pada moralitas dan integritas budaya dan nilai-nilai agama. Ada dua misi utama
Habibie centre yakni (1) menciptakan masyarakat demokratis secara kultural
dan struktural yang mengakui, menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak
asasi manusia, dan (2) memajukan dan meningkatkan pengelolaan sumber daya
manusia dan usaha sosialisasi teknologi. Beberapa kegiatan yang dikenal luas
oleh masyarakat dari Habibie Centre yakni seminar, pemberian beasiswa dalam dan
luar negeri, Habibie Award serta diskusi mengenai peningkatan SDM maupun IPTEK.
Selain mendirian The Habibie
Centre, Habibie juga berjasa dalam pendirian Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI) pada 7 Desember 1990 atas persetujuan Soeharto. ICMI
merupakan wahana menampung cendekiawan-cendekiawan muslim untuk bersama-sama
berkontribusi bagi bangsa dan masyarakat. Pada awalnya, ICMI didirikan untuk
menampung aspirasi pengusaha non-China yang benci akan kekayaan dan
pengaruh dari keluarga etnis China yang kaya. ICMI mempunyai bank sendiri dan
koran harian yang diberi nama Republika. Banyak umat muslim yang ikut terdaftar
dalam keanggotaan ICMI termasuk cendekiawan pengkritik pemerintah Soeharto
yakni (Alm) Prof. Nurcholish Majid dan Prof. Amien Rais.
Kritikan Untuk Seorang Habibie ketika Menjadi Presiden
Tidak ada gading yang tidak
tidak retak, begitu juga halnya pada diri BJ Habibie. Ada beberapa kepribadian
dan sikap/kebijakan BJ Habibie khususnya di masa pemerintahannya yang
kontroversial dan dianggap buruk. Dibidang kepribadian, BJ Habibie dikenal
sebagai orang yang kurang bisa dikritik (langsung reaktif), meskipun disisi lain
beliau sangat menghargai pendapat orang lain, dan senang berdebat. Hal ini
sangat mungkin disebabkan karena beliau terlampu jenius, terlalu cerdas.
Salah satunya adalah kengototan Menristek BJ Habibie membeli 36 kapal perang
bekas Jerman Timur pada 1992. Padahal terjadi pembengkakan pembelian kapal
perang bekas dari USD 12.7 juta menjadi USD 1.1 miliar.
Ketika menjadi Presiden RI
menggantikan Soeharto, banyak orang berharap agar BJ Habibie dapat bertindak
tegas kepada Pak Harto yang diduga melakukan KKN, setidaknya gurita KKN di
Cendana dan kroni Soeharto lainnya. Namun, selama menjadi Presiden RI, BJ
Habibie tidak pernah memeriksa Soeharto. Pres Habibie dianggap memasang
badan melindungi Soeharto sampai-sampai Jam Intel Kejagung Mayjen (Purn) Syamsal
Djalal dipecat. Menurut pengakuan mantan Jam Intel Kejagung Syamsul Djalal, ia
dipecat lantaran mengusulkan agar Pak Harto secepatnya dibawah ke pengadilan.
Bisa dimaklumi pula bahwa Habibie dalam posisi dilematis, karena bagaimanapun
Pak Harto adalah salah satu gurunya.
Hal lain yang menjadi catatan
hitam Pak Habibie adalah penangangan kasus Bank Bali. Presiden BJ Habibie
dianggap kurang serius menangani kasus yang melibatkan orang-orang yang
dekat dengan Habibie. Mereka yang disebut-sebut terlibat dalam skandal Bank
Bali diantaranya adalah Timmy Habibie (adik kandung Habibie), AA Baramuli
(Ketua DPA), Setya Novanto (Wa.Bendara Golkar) dan Tanri Abeng. Dikalangan
pengusaha, terlibat konglomerat hitam Djoko Tjandra yang selama ini dekat
dengan petinggi Golkar.
Penutup
Setelah tulisan biografi Habibie yang “super panjang” ini, saya
akan mengakhiri ceritera ini dengan beberapa poin harapan.
·
Semoga
“Habibie-Habibie” baru yang genius bermunculan di seantero nusantara sehingga
Indonesia tidak hanya menjadi “penonton” atau konsumen atas produk-produk
berteknologi
·
Semoga generasi muda
bangsa Indonesia memiliki semangat teknopreneur yang minimal sama dengan
semangat Habibie dalam mengembangkan industri-industri strategis. Dan
harapannya, orang-orang pintar dan cerdas Indonesia dapat memberikan karyanya
bagi perkembangan industri Indonesia, bukan menghabiskan seluruh hidupnya di
perusahaan asing.
·
Para calon pemimpin
dan para politisi partai perlu bercermin diri dan cobalah insaf agar “tidak
gila kekuasaan”, dan ketika memegang kekuasaan jangan serakah (KKN) dan
sombong.
·
Saya bangga dengan
sikap Habibie yang tidak mencalonkan diri sebagai presiden, namun beliau tetap
memberikan kontribusi nyata melalui berbagai organisasinya seperti The Habibie
Centre serta siap selalu memberikan masukan dan bimbingan bagi para
politisi/penguasa melalui berbagai dialog atau seminar.
·
Semoga Habibie terus
memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaganya bagi bangsa Indonesia dan selalu
dikarunia fisik yang sehat.
Referensi :
·
BJ Habibie.2006. Detik-Detik
yang Menentukan. THC Mandiri :
Jakarta (recommended)
·
A. Makmur Makka. A True Life of
Habibie. Pustaka Iman :
Bandung (recommended)
Komentar