Analisis Cadangan Devisa Indonesia
Indonesia merupakan negara
yang sedang berkembang, dimana negara Indonesia banyak melakukan pembangunan di
segala bidang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan
perekonomian Indonesia dewasa ini menunjukkan semakin terintegritasnya dengan
perekonomian dunia, sehingga mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang
maupun jasa dan arus lalu lintas modal antar negara.
Peningkatan arus
perdagangan barang maupun jasa mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pengembangan ekspor non migas dalam jangka pendek dapat
dijadikan andalan dalam pemulihan ekonomi, sementara dalam jangka panjang dapat
terus meningkatkan perekonomian nasional sekaligus cadangan devisa.
Cadangan devisa merupakan
salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukkan kuat atau lemahnya
fundamental perekonomian suatu Negara. Masalah cadangan devisa merupakan
masalah yang sangat penting, karena cadangan devisa suatu negara dapat menopang
kestabilan ekonomi nasional.
Cadangan devisa
tentunya menjadi suatu indikator yang sangat penting juga untuk melihat sejauh
mana suatu negara mampu melakukan perdagangan luar negeri negara tersebut.
Berbicara mengenai perdagangan luar negeri, hal ini juga tidak lekang dari
neraca pembayaran yang merupakan alat untuk melihat posisi cadangan devisa
Indonesia, apakah mengalami surplus atau kah mengalami defisit. Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan pencatatan atas transaksi ekonomi yang
terjadi antara penduduk dengan bukan penduduk Indonesia pada suatu periode
tertentu.
Sedangkan surplus atau
defisitnya neraca pembayaran itu sendiri terlihat dari tingkat ekspor dan impor
negara tersebut, dan faktor-faktor lain seperti utang luar negeri dan modal
asing. Dimana apabila tingkat ekspor negara tersebut lebih tinggi dari tingkat
impor negara tersebut maka neraca pembayaran negara tersebut dapat dikatakan
mengalami surplus, sebaliknya jika tingkat impor negara tersebut melebihi
jumlah ekspor maka negara tersebut mengalami defisit pada neraca pembayaran.
Ketersediaan cadangan
devisa yang sangat sedikit menyebabkan Indonesia tidak mampu melakukan
pembayaran internasional dan stabilisasi nilai tukar. Akibatnya, terjadi
defisit neraca pembayaran dan anjloknya nilai tukar rupiah. Untuk menanggulangi
defisit neraca pembayaran, Indonesia memutuskan meminta bantuan pinjaman kepada
International Monetary Fund (IMF).
Pinjaman ini diberikan dalam bentuk balance
of payments supports atau pinjaman yang dipergunakan untuk memperkuat
cadangan devisa suatu negara guna menjaga kepercayaan terhadap kemampuan negara
dalam melakukan transaksi atau pembayaran internasional termasuk untuk
melakukan impor. Sebagian pinjaman luar negeri digunakan untuk menutup defisit
transaksi berjalan dan membayar angsuran pokok utang luar negeri (Tambunan,
2000:152-153).
Adanya keterbatasan
dalam penguasaaan teknologi, membuat proses pertumbuhan ekonomi Indonesia
membutuhkan barang modal dan bahan baku yang harus diimpor. Bila ketersediaan
devisa yang ada rendah maka impor tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada di
Indonesia karena memiliki kebutuhan impor yang cukup besar, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan impor yang tinggi maka diperlukan cadangan yang lebih besar.
Cadangan devisa
Indonesia cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan tabel
berikut :
Tabel 1.1
Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia, 2004 – 2011
No.
|
Tahun
|
Cadangan Devisa (US$ juta)
|
Pertumbuhan (%)
|
1
|
2004
|
36.320
|
-
|
2
|
2005
|
34.724
|
-4,39
|
3
|
2006
|
42.586
|
22,64
|
4
|
2007
|
56.920
|
33,66
|
5
|
2008
|
51.639
|
-9,28
|
6
|
2009
|
66.105
|
28,01
|
7
|
2010
|
96.207
|
45,54
|
8
|
2011
|
110.123
|
14,46
|
Sumber
: Bank Indonesia, 2011 (diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan cadangan devisa
Indonesia dari tahun 2002 sampai 2011. Selama beberapa tahun ini cadangan
devisa Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2005 cadangan devisa
Indonesia mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar minus 4,39 persen
atau berjumlah US$ 34.734 juta. Ini disebabkan karena faktor tingginya harga
minya dunia yang sempat menembus angka US$ 68/barel sehingga berdampak terhadap
membengkaknya pengeluaran untuk impor minyak. Sehingga kebutuhan devisa untuk
membayar utang luar negeri juga cukup besar.
Peningkatan cadangan devisa terbesar terjadi pada tahun
2010 yaitu sebesar US$ 96.207 juta dengan pertumbuhan 45,54 persen.
Sementara penurunan cadangan devisa
terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar US$ 51.639 juta dengan
pertumbuhan minus 9,28 persen. Penurunan ini dipicu oleh adanya krisis keuangan
global yang melanda mitra dagang Indonesia.
Sumber : Proposal Analisis Cadangan devisa Kelompok V
1. Amy Hanani Amran : 0901101010003
2. Nazlia Wibowo : 0901101010002
3. Berry Huzera Zakaria : 0901101010021
4. Rio Malaon Nasution : 0901101010044
Iqbal Abdul Razaq : 0901101010094
Komentar