Rabu, 09 April 2014

Uji Asumsi Klasik : Autokorelasi dengan SPSS

Oleh : Jul Fahmi Salim

Asslamualaikum..Wr.Wb

Sebelumnya saya sudah share trio uji asumsi klasik (Multikolinearitas, heteroskedastisitas dan normalitas), sekarang giliran saudarnya yag ke empat, yaitu Autokorelasi.....

buka program spss
1. input data ke dalam spss


2. klik analyze => regression => linear



3. masukan IHSG ke dependent variable
   masukan kurs, inflasi dan BI Rate ke independent variabel

4. klik menu statistic




5. centang kotak "durbin - watson"


6. klik continue




7. klik ok



8. berikut merupakan hasil output regressinya



   abaikan hasil yang lainnya, fokus kepada tabel "model Summary"
   dapat dilihat bahwa nilai DW dari model tersebut adalah sebesar
   0,437. dalam model ini terdapat masalah autokorelasi karena nilainya jauh di bawah
   nilai tabel dw yaitu dL = 1,5915 & dU = 1,7275.

9. Bandingkan dengan nilai tabel D-W


 
cara mencari tabel D-W

N = 91
k = 3

lihat tabel DW

dL = 1,5915
dU = 1,7275

Contoh:
jika n = 40
     k = 4
dilihat dari rabel D-W, nilainya adalah dL = 1,285 & dU = 1,721,
- jika nilai d hitung kurang dari 1,285 terdapat bukti dari serial koralasi
  first order yang positif
- jika nilai d hitung lebih besar dari 1,721, tidak terdapat bukti dari korelasi
  first order yang positif.
- akan tetapi, jika d terletak antara batas terendah dan batas teratas, terdapat
  hubungan yang belum bisa
  dijelaskan dengan memperhatikan ada atau tidaknya korelasi serial first order yang positif

sumber contoh : Buku Dasar-dasar Ekonometrika,2010 (Damodar N. Gujarati dan Dawn C. Porter)
                         halaman L-115, edisi 5, Salemba Empat

Download tabel D-W disini

Untuk lihat videonya klik disini


Semoga dapat membantu, silahkan berikan masukanya untuk memperbaiki postingan ini.. :-)

Selasa, 08 April 2014

Belajar "Syariat" dari Negeri Jepang (Repost)

Sebuah artikel yang terbit tahun lalu, tapii sangat sangat menarik untuk dibaca, dan dijadikan sebagai pelajaran bagi diri kita sendiri, artikel tersebut mengenai bagaimana "Syariat" di Negeri sakura (Jepang) dalam berperilaku terhadap orang lain, isi artikel tersebut berdasarkan pengalaman Dosen saya Pak Abd. Jamal yang terbit di salah satu media online The Globe Journal.... Berikut isi artikel beliau....

Beberapa waktu lalu saya bersama sejumlah se-Indonesia mendapat kesempatan belajar (training) ke Jepang untuk mempelajari kebijakan publik dan perencanaan dalam Program Human Resources Development Planning (PHRDP) yang difasilitasi Bappenas. Dalam kesempatan belajar tersebut, selain belajar di kelas, kami juga diperkenalkan dengan lingkungan yang mereka hadapi dan lakukan untuk pembangunan.
Perjalanan lapangan dan in class study yang kami ikuti mulai dari Tokyo, Kyoto hingga ke Beppu - Oita. Selama perjalanan studi, ada beberapa hal yang menjadi perhatian dan saya jadikan sebagai catatan kecil tentang Jepang. Paling tidak ada delapan belas poin yang menjadi catatan penting dan sering sulit bagi bangsa kita untuk melakukannya walau sangat sederhana. Sebenarnya catatan itu hampir terlupakan bagi saya, namun karena adanya polemik tentang pelarangan wanita mengangkang di Kota Lhokseumawe, maka saya teringat untuk membukanya kembali.

Dalam pemahaman saya, syariat Islam adalah aturan untuk menegakkan amar makruf dan nahi munkar. Menegakkan aqidah. Artinya, sebagai ummat Islam kita harus menjalankan ketentuan yang digariskan oleh agama Islam. Ketentuan yang harus dijalankan bukan hanya bagaimana kita berpakaian (pakai rok atau celana?) atau menutup aurat, tapi juga bagaimana kita berdagang, memimpin negeri hingga kepada bagaimana kita berjalan di depan orang tua dan berbicara dengan orang tua (akhlak dan etika). Dengan perkataan lain, syariat Islam yang harus dijalankan sebenarnya sangat luas dan komprehensif (kaffah istilah orang-orang yang sering berceramah), bukan hanya sekedar pakai rok atau duduk ngangkang.

Kembali ke perjalanan di Jepang, dengan sekilas cuplikan cerita. Suatu hari, kami dibawa ke suatu tempat di Kyoto. Tempat itu adalah tempat belajar, semacam tempat pendidikan agama di negeri kita. Kami ingin diberikan pengetahuan tentang perencanaan pembangunan di Provinsi Kyoto. Ketika mau masuk ke gedung tempat belajar, kami diharuskan membuka sepatu dan menggantikan dengan sandal yang telah mereka sediakan di locker (rak yang terkunci) masing-masing.

Ketika sedang belajar, saya ingin ke kamar kecil (toilet) karena terlalu banyak minum, dan saya tanyakan kepada salah seorang (mungkin guru) yang ada di luar ruang pertemuan; di mana toilet dan di mana tempat buang sampah, karena saya harus membuang kaleng minuman. Saya segan untuk membuangnya sembarangan, karena tempatnya sangat bersih, dan bukan budaya orang Jepang untuk melempat sampah sembarangan.

Apa jawaban yang saya peroleh? Orang muda tersebut menjawab, tempat sampah ada di bawah (karena kami belajar di lantai dua), mari saya yang buangkan dan Anda tidak perlu ke sana. Untuk pertanyaan yang satu lagi, dia meminta saya untuk mengikutinya sampai ke depan pintu toilet dan mempersilahkan saya masuk dengan sangat santun. Pertanyaan selanjutnya adalah, adakah orang-orang kita, kalaupun bukan bangsa yang melakukan seperti itu pada tamunya? Bukankah kita sering melihat orang menunjuk dan berkata, belok ke kiri, belok ke kanan dan tanyakan pada orang di sana?

Belum selesai cerita sampai di sana. Saya melanjutkan untuk masuk ke toilet. Ketika saya masuk melewati pintu pertama, terlihat ada sejumlah sandal tersusun rapi yang dulu pernah dikenal sandal Lily di negeri kita untuk dipergunakan masuk ke dalam kamar kecil tempat buang hajat. Namun tempatnya sangat bersih. Bandingkan dengan tempat ibadah di negeri ini. Sandal yang entah dari mana datangnya, dibawa hingga ke anak tangga mesjid. Kamar kecil yang ada juga kadangkala membuat kita tidak nyaman untuk masuk ke dalamnya.

Sepenggal cerita lagi, saya pernah tersesat sehabis shalat Ashar di suatu gedung pertemuan di Oita, karena saya shalat yang terakhir di lantai yang jauh dari tempat kegiatan yang kami ikuti. Setelah shalat, saya lupa di lantai berapa kegiatan belajar kami. Akan tetapi, ketika saya sedang bingung di lift, kebetulan ada seorang gadis Jepang yang dapat berbahasa Inggris masuk, saya menjelaskan kondisi saya. Setelah mendengar cerita saya, wanita itu mengantar saya ke lantai sepuluh, dan menjelaskan tentang hal yang saya alami kepada petugas yang ada di sana.

Selanjutnya, wanita yang saya temui permisi untuk melanjutkan perjalanannya turun ke lantai tujuh. Kemudian saya di antar oleh wanita yang kedua ke tempat acara yang saya ikuti hingga ke dalam ruangan acara untuk membuktikan kebenaran kegiatan. Saya hanya bisa berkata “terima kasih” dalam bahasa Jepang yang saya tahu sepenggal. Pertanyaan kembali adalah adakah orang-orang kita mau mengantarkan orang sampai ke tempat tujuan? Sulit untuk menjawabnya.

Dari dua penggal kisah yang saya alami, apakah perlakuan orang-orang Jepang tersebut sebagai implementasi syariat Islam? Jelas tidak, karena mereka bukan beragama Islam. Namun, mengapa mereka berperilaku seperti implementasi syariat Islam? Mungkin ini yang tidak bisa dijawab oleh bangsa kita. Tidak lain, itulah etika yang berlaku bagi mereka, begitulah budaya mereka. Bagaimana dengan kita? Kita kadangkala suka memperdebatkan hal-hal yang kurang perlu (dhaif), kita juga sering membuat peraturan-peraturan yang tidak perlu atau tidak populer (kontroversial) karena ingin populer. Padahal masih banyak hal lain yang harus diurus untuk kepentingan pembangunan bangsa agar menjadi maju.

Penegakan Syariat
Sejak tahun 2001 pemerintah kita (Aceh) telah berupaya untuk menegakkan syariat (Islam), dalam artian menegakkan amar makruf dan nahi munkar. Kita selalu mendengar pelaksanaan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh), Pengertian menyeluruh harusnya pelaksanaan pada berbagai aspek, yaitu aspek ekonomi, sosial, ideologi dan politik serta hukum. Akan tetapi, yang terjadi? Dalam banyak pengalaman, perwujudan penegakan syariat masih sangat parsial. Hanya menyentuh aspek-aspek kecil dari sebuah aspek. Bukankah bila kita berbicara syariat Islam yang kaffah, berarti berbicara sebuah suprasistem di daerah ini?

Saya tidak ingin menggugat apapun kebijakan yang dibuat oleh penguasa. Dari berbagai pengalaman yang ada, telah dibuktikan, bahwa kebijakan yang coba-coba dan kebijakan yang hanya untuk mencari popularitas, tidak bertahan lama. Dia menghilang dengan sendirinya seiring dengan perjalanan waktu, atau ketika ada pihak yang di dalam kekuasaan berhadapan dengan persoalan itu.

Penegakan syariat Islam, seharusnya dimulai dari hal-hal yang sederhana serta tidak menimbulkan pro dan kontra. Sebagai contoh, adakah pemotong ayam membaca bismillah saat akan memotongnya? Adakah kamar kecil di mesjid memenuhi syarat suci? Adakah penjual melakukan timbangan yang benar dan jujur? Kalau hal-hal seperti itu telah berjalan dengan benar, baru dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi, seperti mencambuk pedagang yang tidak jujur dalam timbangan. Tidak jujur dalam timbangan adalah identik dengan mencuri atau korupsi.

Sepertinya, untuk menegakkan syariat Islam di negeri ini tidak perlu muluk-muluk dan untuk kepentingan popularitas sesaat. Kalau pemerintah daerah serius ingin menegakkan syariat Islam, silahkan memulai pada semua aspek yang dengan unsur-unsur terpilih tanpa diskriminasi ras, seks ataupun suku.

***

Penulis adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, dapat dihubungi di abdjml@aim.com

sumber : klik disini


kunjungi website beliau disini http://abdjamal1966.wordpress.com/ , anda akan menemukan berbagai artikel menarik yang beliau tulis..

Terimakasih sudah Berkunjung... :-)

Kamis, 03 April 2014

Transformasi data Ke Dalam Bentuk Log dan Ln dengan SPSS 20

Oleh : Jul Fahmi Salim

Asslamkum Wr.Wb

Sebelumnya saya sudah share mengenai Transformasi data ke dalam bentuk Log dan Ln menggunakan microsoft Excel, kali ini saya share mengenai Transformasi data Ke Dalam Bentuk Log dan Ln dengan SPSS 20...
cara mentransformasi data ke dalam bentuk Log dan Ln dengan menggunakan SPSS 20
1. Buka spss
2. input data
3. klik menu transform => compute Variable





4. Setelah keluar jendela compute variable, isi seperti berikut



5. Pada Target Variabel, isi dengan nama yang akan muncul di data editor, saya membuat "Log_IHSG"
6. Kemudian pada kotak "Function Group" klik "All" dan pada kotak "Fuction and Special Variables", double klik pada "Log10"


7. Kemudian double klik IHSG




8. Maka, pada Numeric Expression akan menjadi LG10(IHSG), yang artinya, Variabel IHSG akan diubah      ke dalam bentuk logaritma. kemudian klik Ok

9. Coba di cek pada data editor, maka akan bertambah variabel Log_IHSG  berikut



untuk variabel lainnya seperti Kurs, inflasi dan BI rate, lakukan hal yang sama
untuk kurs => Pada Target Variabel, isi  dengan "Log_kurs"
                      pada numeric expression "LG10(kurs)"

untuk Inflasi => Pada Target Variabel, isi  dengan "Log_Inflasi"
                      pada numeric expression "LG10(Inflasi)"

untuk BIR => Pada Target Variabel, isi  dengan "Log_BIR"
                      pada numeric expression "LG10(BI_Rate)"


Sedangkan untuk transformasi dalam bentuk Ln, caranya hampir sama, hanya berbeda pada "Function and special variables". jika untuk Log kita menggunakan "LG10", maka untuk Ln kita menggunakan Function and special variables "Ln"



- Pada Target Variabel, isi dengan nama yang akan muncul di data editor, saya membuat "Ln_IHSG"
- Kemudian pada kotak "Function Group" klik "All" dan pada kotak "Fuction and Special Variables", double    klik pada "Ln"
- double klik pada variabel IHSG (bisa juga, klik sekali dan klik tanda panah yang terdapat di samping IHSG tersebut (yang tandai lingkaran merah)), maka hasilnya seperti gambar dibawah ini.





- Hasilnya adalah bertambahnya variabel lagi di samping kolom Log_IHSG, yaitu Ln_IHSG,seperti gambar      berikut: 




untuk kurs => Pada Target Variabel, isi  dengan "Ln_kurs"
                      pada numeric expression "Ln(kurs)"

untuk Inflasi => Pada Target Variabel, isi  dengan "Ln_Inflasi"
                      pada numeric expression "Ln(Inflasi)"

untuk BIR => Pada Target Variabel, isi  dengan "Ln_BIR"
                      pada numeric expression "Ln(BI_Rate)"


Untuk Melihat videonya, silahkan klik disini

Silahkan Berikan masukan untuk menjadikan postingan ini lebih baik...
Terimakasih sudah berkunjung :-)

Uji Validitas dan Reliabilitas dengan SPSS 20

Asslamualaikum wr.wb

Pagiiiiiii............

Pada pagi yang cerahhh (Panas) ini, saya mau berbagi cara untuk melakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner penelitian, (hah?uji valid lagi??????)
Tenang-tenang, kemaren kan ujinya pake microsoft Excel, sekarang agak beda dikit, yaitu dengan menggunakan SPSS 20...

Cara menguji validitas dan realibilitas kuesioner dengan menggunakan spss

1. buka program spss

2. copy dan pastekan data yang terlebih dahulu diketik pada excel

Data di Excel

Setelah input di SPSS

3. setelah selesai di input, kemudian klik variabel view, pada kolom label
   silahkan beri nama, saya membuat "X1,X2,X3,X4,X5,X6,Total X "
Before


After


4. untuk uji validitas, klik menu analyze => correlate => bivariate
    Akan keluar jendela Bivariate correlation

5. blok semua item dan masukan ke dalam kolom sebelah kanan, centang pada
   "Pearson" dan "two-tailed" kemudian klik Ok

Before


After



6. Hasilnya outputnya sebagai berikut




dari hasil uji valid, hanya item x6 yang tidak valid, karena nilani r hitung (0,412) masih
lebih kecil dari nilai r tabel df=16 = 0,4683.   (0,412 < 0,4683).
karena ketentuannya adalah, item kuesioner valid jika nilai r hitung > r tabel

Catatan : Item kuesiner dikatakan valid jika nilai r hitung > dari nilai r tabelnya
r tabel dapat dilihat pada tabel r statistik, dimana nilai df=N-2,
disini saya menggunakan N=18 dan jika mengikuti rumus maka df=N(18) -2= 16
jadi kita melihat nilai df 16= 0,4683,
jika nilainya itemnya lebih kecil dari 0,4683 maka item tersebut tidk valid dan sebaiknya dibuang untuk hasil penelitian yang lebih baik

Untuk mendownload tabel r, silahkan klik disini


6. Selanjutnya uji reliabilitas, klik analyze => scale => Reliability test
   masukan semua variabel pada kotak kiri ke kotak kanan, kecuali variabel
   "Total X"

Before





7. kemudian klik OK
8. Berikut merupakan outputnya




9. dari hasil uji reliabilitas, yang dilihat adalah nilai cronbach's alpha
    nilai cronbach's alpha yang kita peroleh sebesar 0,800, artinya kuesioner
    yang kita buat sudah reliabel karena lebih besar dari nilai 0,60...

Referensi :
http :/ www.azuarjuliandi.com/e learning/

Lihat videonya disini

Untuk pengolahan data lainnya menggunakan SPSS 20, klik disini

Demikianlah cara uji validitas dan reliabilitas kuesiner dengan menggunakan SPSS 20, semoga dapat membantu....
Silahkan berikan masukan untuk membuat postingan ini lebih baik...
Mohon maaf atas segala kekurangan....

Terimakasih sudah mampir ke blog saya... :-)


Rabu, 02 April 2014

Cewek Era Komputerisasi

Pas lagi-lagi browsing, eh nemu ni blog, http://lutunya.blogspot.com/

HARD-DISK GIRLS
Cewek jenis ini akan mengingat semua hal, SELAMANYA

RAM GIRLS
Cewek jenis akan langsung melupakan mu, pada saat kamu melepaskannya.

WINDOWS Girls
Semua tahu cewek jenis ini tidak dapat melakukan semua dengan benar, tapi kita tidak dapat hidup tanpanya.

SCREEN SAVER Girls
Cewek jenis ini bagus hanya untuk bersenag senang saja

INTERNET Girls
Biasanya susah di akses, dan mudah putus hubungan (Disconnected)

SERVER Girls
Selalu sibuk bila kita membutuhkannya

MULTIMEDIA GIRLS
Cewek jenis ini bisa membuat hal buruk menjadi indah

CD-ROM Girls
Selalu lebih cepat dan cepat

E-MAIL Girls
Setiap sepuluh kalimat yang diucapkannya, delapan kalimat adalah bohong

VIRUS Girls
Cewek jenis ini bila kita tidak memerlukannya dia datang, dia meng-Install dirinya dan menggunakan semua sumber sumber yang ada. Jika kita berusaha meng- Un-install, kita akan kehilangan semuanya, Jika kita tidak berusaha untuk meng Un-Installnya maka kita pun akan kehilangan juga...cewek jenis ini biasa juga dikenal dengan istilah... ISTRI

sumber

Asumsi Klasik: Heteroskedastisitas (Metode Glejser)

Cara menguji Heteroskedastisitas data dengan Metode Park
1. buka spss
2. input data yang digunakan
3. klik analyze, regression, linear



4. masukan IHSG ke dalam kotak dependen variabel, dan Kurs, inflasi, dan BI Rate
   ke dalam kotak independen variabel


5. klik save => pada kotak residual pilih unstandarized => continue => ok



6. Abaikan hasil outputnya, kemudian pilih menu Tranform => compute Variable




7. pada "target variable" isi dengan "ABSResid"
8. pada kotak "Numeric Expression" isi dengan ABS(RES_1) => ok


9. Pada Jendela data editor, sudah bertambah 2 variabel, yaitu RES_1 dan ABSRESID, itu merupaka hasil pengolahan yang kita lakukan tadi, selanjutnya kita akan mengulangi langkah 3 dan 4



10. pada langkah ke 4, IHSG kelauarkandari kotak dependen var, dan
   masukan ABSRESID ke dalam kotak dependen var

Before

After


11. Abaikan hasil lainnya, cukup lihat Tabel "coefficients"
 

Variabel                         Sig
Kurs                              0,672
BI Rate                          0,268
Inflasi                             0,290

dari tabel dapat dilihat nilai "sig", semua variabel memiliki nilai sig > 0,05. sehingga disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas

Referesi : Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Hal, 96-102. (Dr.Suliyanto)

Semoga dapat membantu..
Terima Kasih Sudah Berkunjung   :-)

Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas dengn SPSS

Assalamualaikum. wr.wb...

Jika tadinya kita sudah melakukan uji asumsi klasik : Normalitas, Kalii ini saya akan melakukan uji asumsi klasik Multikolinearitas, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah sesama variabel independen memiliki hubungan ataua tidak....

Langkah - langkah Uji Multikolinearitas dengan SPSS :

1. buka spss
2. input data yang digunakan
3. klik analyze, regression, linear



4. masukan IHSG ke dalam kotak dependen variabel, dan Kurs, inflasi, dan BI Rate
   ke dalam kotak independen variabel
Before

After



5. pada klik 'Statistic' => centang pilihan covariance matrix => continue



6. Abaikan hasil regresi yang lain, lihat tabel "Coefficient Correlations"



   dapat dilihat bahwa terjadi Multikol antara BI Rate x Inflasi, ini dilihat dari
   dari nilai korelasi sebesar -0,891,di atas nilai batas yaitu 0,70
7. ulangi langkah ke 4, tapi dengan mengelluarkan variabel Inflasi dari kotak independen
8. selanjutnya lakukan langkah ke 5, maka hasil outputnya sebagai berikut :



9. Dari hasil setelah membuang variabel "Inflasi"  , tidak lagi terjadi multikolinearitas
  dalam model,
Hal ini dapat dilihat dari hubungan BI rate x kurs = -0,142, jauh
di bawah nilai batas yaitu 0,70



Referesi : Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Hal, 81-84. (Dr.Suliyanto)



Asumsi Klasik : Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) dengan SPSS

Oleh : Jul Fahmi Salim

Assalamualaikum.. wr..wb

Cara menguji normalitas data dengan Kolmogrov-Smirnov (K-S)
1. buka spss
2. input data yang digunakan
3. klik analyze, regression, linear

4. masukan IHSG ke dalam kotak dependen variabel, dan Kurs, inflasi, dan BI Rate
   ke dalam kotak independen variabel

5. klik "save"
6. Pada bagian "residual" centang pilihan "Standarized", kemudian klik continue

7. abaikan hasil outputnya, kemudian lihat pada jendela input,
   pada data view, sudah ada variabel baru, yaitu "ZRE_1"

8. klik menu Analyze,=> Nonparametric Test => Legacy Dialogs => 1 sample K-S

9. Masukan variabel "Standarized Residual" tersebut ke dalam ke kotak sebelah kanan



10. Maka hasilnya akan seperti berikut




Nilai residual terstandarisasi dalam penelitian tersebut menyebar secara normal,
hal ini dapat dilihat dari nilai "Asymp. Sig. (2-tailed)" lebih besar dari 0,05 => 0,849 > 0,05


Lihat videonya disini

Referesi : Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Hal, 69-78. (Dr.Suliyanto)

Semoga dapat membantu...
Berikan masukan agar tulisan ini bisa lebih baik...

Cara Mendapatkan EViews 11 Demo Version

 Oleh: Jul Fahmi Salim Assalmkum wrwb.. Selamat Pagi, Siang, Malam teman-teman sekalian, jika dipostingan sebelumnya sydah ada cara mendapat...