ACEH TENGGARA
Kabupaten Aceh Tenggara adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Kabupaten ini
berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 meter diatas permukaan
laut, yakni bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Taman Nasional Gunung Lauser
yang merupakan daerah cagar alam nasional terbesar terdapat di kabupaten ini.
Pada dasarnya wilayah Kabupaten Aceh Tenggara kaya akan potensi wisata alam,
salah satu diantaranya adalah Sungai Alas yang sudah dikenal luas sebagai
tempat olah raga Arung Sungai yang sangat menantang. Setelah mengalami gejolak
yang cukuppanas dan lama, akhirnya Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tenggara
(Hasanuddin Beruh dan Syamsul Bahri) pada tanggal 1 September 2007 dilantik
oleh Gubernur Aceh.
Secara umum ditinjau dari potensi
pengembangan ekonomi, wilayah ini termasuk Zona Pertanian. Potensi ekonomi
daerah berhawa sejuk ini adalah kopi dan hasil hutan. Dalam bidang
Pertambangan, Aceh Tenggara memiliki deposit bahan galian golongan-C yang
sangat beragam dan potensial dalam jumlah cadangannya.
Batas wilayah
PARU-paru dunia ada di Kabupaten Aceh
Tenggara. Pernyataan ini tidak berlebihan, karena Aceh Tenggara menjadi salah
satu pemilik kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Kawasan seluas 1.094.692
hektar ini masuk dalam wilayah beberapa kabupaten, yaitu Aceh Tenggara, Aceh
Barat, Aceh Timur, Aceh Selatan, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Langkat (Provinsi
Sumatera Utara).
Taman nasional memiliki keistimewaan
keanekaragaman flora dan fauna. Diperkirakan ada sekitar 3.500 jenis flora
termasuk tanaman langka Raflesia
atjehensis dan Johanesteinimania
altifrons (pohon payung raksasa) serta
Rizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar, langka, dan dilindungi,
dengan diameter 1,5 meter. Ada sekitar 130 jenis mamalia dengan hampir tiga
perempatnya termasuk jenis langka.
Untuk menjaga kelestarian flora dan
fauna kawasan taman nasional ini, Masyarakat Uni Eropa ikut mendukung
pelestariannya. Mereka berkepentingan. Ibarat paru-paru yang sehat, demikian
pula kawasan taman nasional dapat menyehatkan dunia.
Sejak tanggal 10 April 2002 kabupaten
ini dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues
berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002. Peluang menggali potensi
pariwisata dari taman nasional lalu mesti dibagi di antara keduanya. Aceh
Tenggara sebagai kabupaten induk tidak terlalu kehilangan peluang untuk
menggali potensi taman nasional ini.
Kutacane yang menjadi ibu kota
kabupaten menjadi salah satu pintu masuk kawasan taman nasional. Dengan hanya
menempuh perjalanan setengah jam, akan dapat ditemui Ketambe, stasiun
penelitian flora dan fauna, di pinggir Sungai Alas. Taman Wisata Lawe Gurah
memiliki panorama alam, sumber air panas, danau, air terjun, pengamatan satwa
dan tumbuhan seperti orang utan, kupu-kupu, dan bunga rafflesia.
Selain itu, penggemar olahraga arung
jeram dapat menjajal keganasan Sungai Alas yang mengalir menuju Kabupaten Aceh
Selatan. Sambil mengarungi Sungai Alas ini, penggemar rafting akan disuguhi
kesegaran air sungai, panorama keindahan alam hutan tropis Aceh, dan
perkampungan rakyat tradisional.
Namun, bukan hanya pariwisata yang
bisa dijadikan andalan Kabupaten Aceh Teng-gara. Lapangan usaha pertanian pun
masih menjadi andalan. Tahun 2000, sebelum pemekaran terjadi, Kabupaten Aceh
Tenggara mempunyai total kegiatan ekonomi sekitar setengah trilyun rupiah.
Sepertiga lebih disumbang oleh pertanian tanaman pangan.
Kondisi geografis Kabupaten Aceh
Tenggara landai. Karena itu, pertanian tanaman pangan cocok dikembangkan.
Kenya-taannya setelah pemekaran, 60 persen lahan padi sawah tetap berada di
Aceh Tenggara.
Sebelum pemekaran, Kabupaten Aceh
Tenggara dikenal sebagai penghasil tembakau. Sampaisampai dalam logo kabupaten
dicantumkan gambar daun tembakau. Namun, sa-yang, kebanggaan sebagai penghasil
tembakau kini mesti direlakan untuk disandang Ka-bupaten Gayo Lues. Kecamat-an
penghasil tembakau seperti Terangon, Rikit Gaib, Blang-kejeren kini masuk
wilayah Kabupaten Gayo Lues.
Masih ada produk perkebunan lain yang
dapat diandalkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh
Tenggara Tahun 2000, daerah ini memiliki produk unggulan seperti kopi, kelapa
sawit, gambir, cengkeh, pala, cokelat, dan lada. Walaupun masih kalah jauh oleh
produksi kopi Aceh Tengah, daerah ini menyimpan potensi untuk pengembangan
kopi. Pada tahun 2000 produksi kopi, setelah dikurangi wilayah pemekaran,
tercatat 2.600 ton, dengan luas areal 3.011 hektar. Tanaman kopi sebagian besar
berada di Kecamatan Badar, Lawe Sigala-Gala, dan Lawe Alas. Tujuh puluh persen
lahan kopi ada di kabupaten induk.
Sebelum pemekaran, produksi kemiri
Aceh Tenggara yang terbesar di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah 13.328 ton
dengan luas areal 15.322 hektar. Setelah pemekaran, kekayaan ini harus dibagi
dengan Kabupaten Gayo Lues. Hampir 50 persen lebih luas areal perkebunan kemiri
kini menjadi milik Kabupaten Gayo Lues. Produksi karet rakyat masih
terkonsentrasi di Kabupaten Aceh Tenggara. Sebaran kawasan perkebunan karet ini
sebagian besar di Kecamatan Badar dan Darul Hasanah.
Kondisi topografi Aceh Tenggara yang
bergunung-gunung menjadi salah satu penghalang kelancaran transportasi dan
komunikasi. Lokasi yang tidak terjangkau oleh kendaraan umum bisa ditempuh
dengan berkuda. Biasanya bila ingin pergi dari Banda Aceh ke Kutacane, orang
lebih suka lewat Kota Medan-daripada lewat Aceh Tengah atau Gayo Lues yang
kondisi medannya bergunung dan penuh hutan. Sarana komunikasi seperti telepon
pun masih sering terganggu sehingga komunikasi ke daerah ini mengalami
kesulitan.
Komentar