BIOGRAFI JOKOWI (JOKO WIDODO)
Jokowi adalah
tokoh pemimpin terpuji Walikota Solo dan berperan memperomosikan Mobil ESEMKA. Ir.
Joko Widodo (Jokowi) adalah walikota Kota Surakarta (Solo) untuk dua
kali masa bhakti 2005-2015. Wakil walikotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo. Jokowi
lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961. Agama Jokowi adalah
Islam. Pada 2012 Jokowi memenangkan Pilkada DKI Jakarta dan ditetapkan sebagi
Gubernur DKI Jakarta. Banyak pihak optimis dengan kinerja Jokowi dan wakilnya Ahok untuk
memperbaiki kota Jakarta yang semerawut.
BIOGRAFI
JOKOWI (JOKO WIDODO)
Jokowi meraih
gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun
1985. Ketika mencalonkan diri sebagai walikota Solo, banyak yang meragukan
kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini;
bahkan hingga saat ia terpilih. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak
gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh
pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan
bisnisnya.
Di bawah
kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo
dilakukan dengan menyetujui moto “Solo: The Spirit of Java“. Langkah
yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu
merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir
tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat
pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung
rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman
Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya,
dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju
dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan
Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima
pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi
tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada
tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD)
yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk
dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di
komplek Istana Mangkunegaran.
Berkat
prestasi tersebut, Jokowi terpilih menjadi salah satu
dari “10 Tokoh 2008″ oleh Majalah Tempo.
ASAL NAMA
JULUKAN JOKOWI
“Jokowi itu
pemberian nama dari buyer saya dari Prancis,” begitu kata Wali Kota Solo, Joko
Widodo, saat ditanya dari mana muncul nama Jokowi. Kata dia, begitu banyak nama
dengan nama depan Joko yang jadieksportir mebel kayu.
Pembeli dari luar bingung untuk membedakan, Joko yang ini apa Joko yang itu. Makanya,
dia terus diberi nama khusus, ‘Jokowi’. Panggilan itu kemudian
melekat sampai sekarang. Di kartu nama yang dia berikan tertulis, Jokowi, Wali
Kota Solo. Belakangan dia mengecek, di Solo yang namanya persis Joko Widodo ada
16 orang.
Saat ini,
Jokowi menjabat untuk periode kedua. Kemenangan mutlak diperoleh saat pemilihan
wali kota tahun lalu. Nama Jokowi kini tidak hanya populer, tapi kepribadiannya juga
disukai masyarakat. Setidaknya, ketika pergi ke pasar-pasar, para pedagang
beramai-ramai memanggilnya, atau paling tidak berbisik pada orang sebelahnya,
“Eh..itu Pak Joko.”
Bagaimana
ceritanya sehingga dia bisa dicintai masyarakat Solo? Kebijakan apa saja yang
telah membuat rakyatnya senang? Mengapa pula dia harus menginjak pegawainya?
Berikut wawancara wartawan Republika, Ditto Pappilanda, dengan Jokowi dalam
kebersamaannya sepanjang setengah hari di seputaran Solo.
Sikap apa
yang Anda bawa dalam menjalankan karier sebagai birokrat?
Secara prinsip, saya hanya bekerja untuk rakyat. Hanya itu, simpel. Saya enggak berpikir macam-macam, wong enggak bisa apa-apa. Mau dinilai tidak baik, silakan, mau dinilai baik, ya silakan. Saya kan tugasnya hanya bekerja. Enggak ada kemauan macam-macam. Enggak punya target apa-apa. Bekerja. Begitu saja.
Secara prinsip, saya hanya bekerja untuk rakyat. Hanya itu, simpel. Saya enggak berpikir macam-macam, wong enggak bisa apa-apa. Mau dinilai tidak baik, silakan, mau dinilai baik, ya silakan. Saya kan tugasnya hanya bekerja. Enggak ada kemauan macam-macam. Enggak punya target apa-apa. Bekerja. Begitu saja.
Bener, saya
tidak muluk-muluk dan sebenarnya yang kita jalankan pun semua orang bisa
ngerjain. Hanya, mau enggak. Punya niat enggak. Itu saja. Enggak usah
tinggi-tinggi. Sederhana sekali.
Contoh, lima
tahun yang lalu, pelayanan KTP kita di kecamatan semrawut. KTP bisa dua minggu,
bisa tiga minggu selesai. Tidak ada waktu yang jelas. Bergantung pada yang
meminta, seminggu bisa, dua minggu bisa. Tapi, dengan memperbaiki sistem, apa
pun akan bisa berubah. Menyiapkan sistem, kemudian melaksanakan sistem itu, dan
kalau ada yang enggak mau melaksanakan sistem, ya, saya injak.
Awalnya
reaksi internal bagaimana?
Ya biasa, resistensi setahun di depan, tapi setelah itu, ya, biasa saja. Semuanya kalau sudah biasa, ya semuanya senang. Ya, kita mengerti itu masalah kue, ternyata ya juga bisa dilakukan.
Ya biasa, resistensi setahun di depan, tapi setelah itu, ya, biasa saja. Semuanya kalau sudah biasa, ya semuanya senang. Ya, kita mengerti itu masalah kue, ternyata ya juga bisa dilakukan.
Untuk
mengubah sistem proses KTP itu, tiga lurah saya copot, satu camat saya copot.
Saat itu, ketika rapat diikuti 51 lurah, ada tiga lurah yang kelihatan tidak
niat. Enggak mungkin satu jam, pak, paling tiga hari, kata mereka. Besoknya
lurah itu tidak menjabat. Kalau saya, gitu saja. Rapat lima camat lagi, ada
satu camat, sulit pak, karena harus entri data. Wah ini sama, lah. Ya, sudah.
Nyatanya,
setelah mereka hilang, sistemnya bisa jalan. Seluruh kecamatan sekarang sudah seperti
bank. Tidak ada lagi sekat antara masyarakat dan pegawai, terbuka semua. Satu
jam juga sudah jadi. Rupiah yang harus dibayar sesuai perda, Rp 5.000.
Anda juga
punya pengalaman menarik dalam penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang
kemudian banyak menjadi rujukan?
Iya. Sekarang banyak daerah-daerah ke sini, mau mengubah mindset. Oh ternyata penanganan (PKL) bisa tanpa berantem. Memang tidak mudah. Pengalaman kami waktu itu adalah memindahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang sudah dijadikan tempat jualan bahkan juga tempat tinggal selama lebih dari 20 tahun. Kawasan itu sebetulnya kawasan elite, tapi karena menjadi tempat dagang sekaligus tempat tinggal, yang terlihat adalah kekumuhan.
Iya. Sekarang banyak daerah-daerah ke sini, mau mengubah mindset. Oh ternyata penanganan (PKL) bisa tanpa berantem. Memang tidak mudah. Pengalaman kami waktu itu adalah memindahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang sudah dijadikan tempat jualan bahkan juga tempat tinggal selama lebih dari 20 tahun. Kawasan itu sebetulnya kawasan elite, tapi karena menjadi tempat dagang sekaligus tempat tinggal, yang terlihat adalah kekumuhan.
Lima tahun
yang lalu, mereka saya undang makan di sini (ruang rapat rumah dinas wali
kota). Saya ajak makan siang, saya ajak makan malam. Saya ajak bicara. Sampai
54 kali, saya ajak makan siang, makan malam, seperti ini. Tujuh bulan
seperti ini. Akhirnya, mereka mau pindah. Enggak usah di-gebukin.
Mengapa butuh
tujuh bulan, mengapa tidak di tiga bulan pertama?
Kita melihat-melihat angin, lah. Kalau Anda lihat, pertama kali mereka saya ajak ke sini, mereka semuanya langsung pasang spanduk. Pokoknya kalau dipindah, akan berjuang sampai titik darah penghabisan, nyiapin bambu runcing. Bahkan, ada yang mengancam membakar balai kota.
Kita melihat-melihat angin, lah. Kalau Anda lihat, pertama kali mereka saya ajak ke sini, mereka semuanya langsung pasang spanduk. Pokoknya kalau dipindah, akan berjuang sampai titik darah penghabisan, nyiapin bambu runcing. Bahkan, ada yang mengancam membakar balai kota.
Situasi panas
itu sampai pertemuan ke berapa?
Masih sampai pertemuan ke-30. Pertemuan 30-50 baru kita berbicara. Mereka butuh apa, mereka ingin apa, mereka khawatir mengenai apa. Dulu, mereka minta sembilan trayek angkot untuk menuju wilayah baru. Kita beri tiga angkutan umum. Jalannya yang sempit, kita perlebar.
Masih sampai pertemuan ke-30. Pertemuan 30-50 baru kita berbicara. Mereka butuh apa, mereka ingin apa, mereka khawatir mengenai apa. Dulu, mereka minta sembilan trayek angkot untuk menuju wilayah baru. Kita beri tiga angkutan umum. Jalannya yang sempit, kita perlebar.
Yang sulit
itu, mereka meminta jaminan omzet di tempat yang baru sama seperti di tempat
yang lama. Wah, bagaimana wali kota disuruh menjamin seperti itu. Jawaban saya,
rezeki yang atur di atas, tapi nanti selama empat bulan akan saya iklankan di
televisi lokal, di koran lokal, saya pasang spanduk di seluruh penjuru kota.
Akhirnya, mereka mau pindah.
Pindahnya
mereka saya siapkan 45 truk, saya tunggui dua hari, mereka pindah
sendiri-sendiri. Pindahnya mereka dari tempat lama ke tempat baru saya kirab
dengan prajurit keraton. Ini yang enggak ada di dunia mana pun. Mereka bawa
tumpeng satu per satu sebagai simbol kemakmuran. Artinya, pindahnya senang.
Tempat yang lama sudah jadi ruang terbuka hijau kembali.
Omzetnya di
tempat yang baru?
Bisa empat kali. Bisa tanya ke sana, jangan tanya saya. Tapi, ya kira-kira ada yang sepuluh kali, ada yang empat kali. Rata-rata empat kali. Ada yang sebulan Rp 300 juta. Itu sudah bukan PKL lagi, geleng-geleng saya.
Bisa empat kali. Bisa tanya ke sana, jangan tanya saya. Tapi, ya kira-kira ada yang sepuluh kali, ada yang empat kali. Rata-rata empat kali. Ada yang sebulan Rp 300 juta. Itu sudah bukan PKL lagi, geleng-geleng saya.
Bagaimana
dengan PKL yang lain?
Setelah yang eks-PKL Banjarsari pindah, tidak sulit meyakinkan yang lain. Cukup pertemuan tiga sampai tujuh kali pertemuan selesai. Sampai saat ini, kita sudah pindahkan 23 titik PKL, tidak ada masalah.
Setelah yang eks-PKL Banjarsari pindah, tidak sulit meyakinkan yang lain. Cukup pertemuan tiga sampai tujuh kali pertemuan selesai. Sampai saat ini, kita sudah pindahkan 23 titik PKL, tidak ada masalah.
Lha yang
repot sekarang ini malah pedagang PKL itu minta direlokasi. Kita yang nggak
punya duit. Sampai sekarang ini, masih 38 persen PKL yang belum direlokasi.
Jadi, kalau masih melihat PKL di jalan
atau trotoar, itu bagian dari 38 persen tadi.
Tampaknya,
pemberdayaan pasar menjadi perhatian Anda?
Oiya. Kita sudah merenovasi 34 pasar dan membangun pasar yang baru di tujuh lokasi. Jika dikelola dengan baik, pasar ini mendatangkan pendapatan daerah yang besar.
Oiya. Kita sudah merenovasi 34 pasar dan membangun pasar yang baru di tujuh lokasi. Jika dikelola dengan baik, pasar ini mendatangkan pendapatan daerah yang besar.
Dulu, ketika
saya masuk, pendapatan dari pasar hanya Rp 7,8 miliar, sekarang Rp 19,2 miliar.
Hotel hanya Rp 10 miliar, restoran Rp 5 miliar, parkir Rp 1,8 miliar,
advertising Rp 4 miliar. Hasil Rp 19,2 miliar itu hanya dari retribusi harian
Rp 2.600. Pedagangnya banyak sekali, kok. Ini yang harus dilihat. Asal
manajemennya bagus, enggak rugi kita bangun-bangun pasar. Masyarakat-pedagang
terlayani, kita dapat income seperti itu.
Sementara
kalau mal, enggak tahu saya, paling bayar IMB saja, kita mau tarik apa?
Makanya, mal juga kita batasi. Begitu juga hypermarket kita batasi. Bahkan,
minimarket juga saya stop izinnya. Rencananya dulu akan ada 60-80 yang buka,
tapi tidak saya izinkan. Sekarang hanya ada belasan.
Tapi,
sepertinya Pasar Klewer belum tersentuh ya, kondisinya masih kurang nyaman?
Klewer itu, waduh. Duitnya gede sekali. Kemarin, dihitung investor, Rp 400 miliar. Duit dari mana? Anggaran berapa puluh tahun, kita mau cari jurus apa belum ketemu. Anggaran belanja Solo Rp 780 miliar, tahun ini Rp 1,26 triliun. Tidak mampu kita. Pedagang di Klewer lebih banyak, 3.000-an pedagang, pasarnya juga besar sekali. Di situ, yang Solo banyak, Sukoharjo banyak, Sragen banyak, Jepara ada, Pekalongan ada, Tegal ada. Batik dari mana-mana. Tapi, saya yakin ada jurusnya, hanya belum ketemu aja.
Klewer itu, waduh. Duitnya gede sekali. Kemarin, dihitung investor, Rp 400 miliar. Duit dari mana? Anggaran berapa puluh tahun, kita mau cari jurus apa belum ketemu. Anggaran belanja Solo Rp 780 miliar, tahun ini Rp 1,26 triliun. Tidak mampu kita. Pedagang di Klewer lebih banyak, 3.000-an pedagang, pasarnya juga besar sekali. Di situ, yang Solo banyak, Sukoharjo banyak, Sragen banyak, Jepara ada, Pekalongan ada, Tegal ada. Batik dari mana-mana. Tapi, saya yakin ada jurusnya, hanya belum ketemu aja.
Soal pendidikan,
di beberapa daerah sudah banyak dilakukan pendidikan gratis, apakah di Solo
juga begitu?
Kita beda. Di sini, kita menerbitkan kartu untuk siswa, ada platinum, gold, dan silver. Mereka yang paling miskin itu memperoleh kartu platinum. Mereka ini gratis semuanya, mulai dari uang pangkal sampai kebutuhan sekolah dan juga biaya operasional. Kemudian, yang gold itu mendapat fasilitas, tapi tak sebanyak platinum. Begitu juga yang silver, hanya dibayari pemkot untuk kebutuhan tertentu.
Kita beda. Di sini, kita menerbitkan kartu untuk siswa, ada platinum, gold, dan silver. Mereka yang paling miskin itu memperoleh kartu platinum. Mereka ini gratis semuanya, mulai dari uang pangkal sampai kebutuhan sekolah dan juga biaya operasional. Kemudian, yang gold itu mendapat fasilitas, tapi tak sebanyak platinum. Begitu juga yang silver, hanya dibayari pemkot untuk kebutuhan tertentu.
Itu juga yang
diberlakukan untuk kesehatan?
Iya, ada kartu seperti itu, ada gold dan silver. Gold ini untuk mereka yang masuk golongan sangat miskin. Semua gratis, perawatan rawat inap, bahkan cuci darah pun untuk yang gold ini gratis.
Iya, ada kartu seperti itu, ada gold dan silver. Gold ini untuk mereka yang masuk golongan sangat miskin. Semua gratis, perawatan rawat inap, bahkan cuci darah pun untuk yang gold ini gratis.
Tampaknya,
sekarang masyarakat sudah percaya pada Anda, padahal di awal terpilih, banyak
yang sangsi?
Yah, satu tahun, lah. Namanya belum dikenal, saya kan bukan potongan wali kota, kurus, jelek. Saya juga enggak pernah muncul di Solo, apalagi bisnis saya 100 persen ekspor. Ada yang sangsi, ya biar saja, sampai sekarang enggak apa-apa. Mau sangsi, mau menilai jelek, terserah orang.
Yah, satu tahun, lah. Namanya belum dikenal, saya kan bukan potongan wali kota, kurus, jelek. Saya juga enggak pernah muncul di Solo, apalagi bisnis saya 100 persen ekspor. Ada yang sangsi, ya biar saja, sampai sekarang enggak apa-apa. Mau sangsi, mau menilai jelek, terserah orang.
Dulu, apa
niat awalnya jadi wali kota?
Enggak ada niat, kecelakaan. Ndak tahu itu. Dulu, pilkada pertama, kita dapat suara 37 persen, menang tipis. Wong saya bukan orang terkenal, kok. Yang lain terkenal semuanya kan, saya enggak. Tapi, kelihatannya masyarakat sudah malas dengan orang terkenal. Mau coba yang enggak terkenal. Coba-coba, jadi saya bilang kecelakaan tadi itu memang betul.
Enggak ada niat, kecelakaan. Ndak tahu itu. Dulu, pilkada pertama, kita dapat suara 37 persen, menang tipis. Wong saya bukan orang terkenal, kok. Yang lain terkenal semuanya kan, saya enggak. Tapi, kelihatannya masyarakat sudah malas dengan orang terkenal. Mau coba yang enggak terkenal. Coba-coba, jadi saya bilang kecelakaan tadi itu memang betul.
Hal apa yang
paling mengesankan selama Anda menjadi wali kota?
Paling mengesankan? Paling mengesankan itu, kalau dulu, kan, wali kota mesti meresmikan hal yang gede-gede. Meresmikan mal terbesar besar misalnya. Tapi, sekarang, gapura, pos ronda, semuanya saya yang buka, kok. Pos ronda minta dibuka wali kota, gapura dibuka wali kota, ya gimana rakyat yang minta, buka aja. Ya, kadang-kadang lucu juga. Tapi kita nikmati.
Paling mengesankan? Paling mengesankan itu, kalau dulu, kan, wali kota mesti meresmikan hal yang gede-gede. Meresmikan mal terbesar besar misalnya. Tapi, sekarang, gapura, pos ronda, semuanya saya yang buka, kok. Pos ronda minta dibuka wali kota, gapura dibuka wali kota, ya gimana rakyat yang minta, buka aja. Ya, kadang-kadang lucu juga. Tapi kita nikmati.
Apa kesulitan
yang paling pertama Anda temui saat menjabat sebagai wali kota?
Masalah aturan. Betul. Kita, kalau di usaha, mencari yang se-simpel mungkin, seefisien mungkin. Tapi, kita di pemerintahan enggak bisa, ada tahapan aturan. Meskipun anggaran ada, aturannya enggak terpenuhi, enggak bisa jalani. Harusnya, bisa kita kerjain dua minggu, harus menunggu dua tahun. Banyak aturan-aturan yang justru membelenggu kita sendiri, terlalu prosedural. Kita ini jadi negara prosedur.
Masalah aturan. Betul. Kita, kalau di usaha, mencari yang se-simpel mungkin, seefisien mungkin. Tapi, kita di pemerintahan enggak bisa, ada tahapan aturan. Meskipun anggaran ada, aturannya enggak terpenuhi, enggak bisa jalani. Harusnya, bisa kita kerjain dua minggu, harus menunggu dua tahun. Banyak aturan-aturan yang justru membelenggu kita sendiri, terlalu prosedural. Kita ini jadi negara prosedur.
Apa
pertimbangannya saat Anda mencalonkan untuk kali kedua?
Sebetulnya, saya enggak mau. Mau balik lagi ke habitat tukang kayu. Saat itu, setiap hari datang berbondong-bondong berbagai kelompok yang mendorong saya maju lagi. Mereka katakan, ini suara rakyat. Saya berpikir, ini benar ndak, apa hanya rekayasa politik. Dua minggu saya cuti, pusing saya mikir itu. Saya pulang, okelah saya survei saja. Saya survei pertama, dapatnya 87 persen. Enggak percaya, saya survei lagi, dapatnya 87 persen lagi.
Sebetulnya, saya enggak mau. Mau balik lagi ke habitat tukang kayu. Saat itu, setiap hari datang berbondong-bondong berbagai kelompok yang mendorong saya maju lagi. Mereka katakan, ini suara rakyat. Saya berpikir, ini benar ndak, apa hanya rekayasa politik. Dua minggu saya cuti, pusing saya mikir itu. Saya pulang, okelah saya survei saja. Saya survei pertama, dapatnya 87 persen. Enggak percaya, saya survei lagi, dapatnya 87 persen lagi.
Setelah
survei itu, saya melihat, benar-benar ada keinginan masyarakat.
Jadi, yang datang ke saya itu benar. Dan ternyata memang saya dapat hampir 91
persen. Saya lihat ada harapan dan ekspektasi yang terlalu besar. Perhitungan
saya 65-70 persen. Hitungan di atas kertas 65:35, atau 60:40, kira-kira.
Ada
kekhwatiran tidak, ketika lepas jabatan, semua yang Anda bangun tetap terjaga?
Pertama ada blueprint, ada concept plan kota. Paling tidak, pemimpin baru nanti enggak usah pakai 100 persen, seenggaknya 70 persen. Jangan sampai, sudah SMP, kembali lagi ke TK. Saya punya kewajiban juga untuk menyiapkan dan memberi tahu apa yang harus dilakukan nantinya.
Pertama ada blueprint, ada concept plan kota. Paling tidak, pemimpin baru nanti enggak usah pakai 100 persen, seenggaknya 70 persen. Jangan sampai, sudah SMP, kembali lagi ke TK. Saya punya kewajiban juga untuk menyiapkan dan memberi tahu apa yang harus dilakukan nantinya.
BIODATA JOKO
WIDODO
Nama : Joko
Widodo
Tempat Tanggal Lahir: Surakarta, 21 Juni 1961
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengusaha
Agama : Islam
Profil Facebook : jokowi
Akun twitter : jokowi_do2
Email: jokowi@indo.net.id
Alamat Kantor : Jl. Jend. Sudirman No. 2 Telp. 644644, 642020, Psw 400, Fax. 646303
Alamat Rumah Dinas : Rumah Dinas Loji Gandrung Jl. Slamet Riyadi No. 261 Telp. 712004
HP. 0817441111
Pendidikan:
Tempat Tanggal Lahir: Surakarta, 21 Juni 1961
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengusaha
Agama : Islam
Profil Facebook : jokowi
Akun twitter : jokowi_do2
Email: jokowi@indo.net.id
Alamat Kantor : Jl. Jend. Sudirman No. 2 Telp. 644644, 642020, Psw 400, Fax. 646303
Alamat Rumah Dinas : Rumah Dinas Loji Gandrung Jl. Slamet Riyadi No. 261 Telp. 712004
HP. 0817441111
Pendidikan:
SDN 111
Tirtoyoso Solo
SMPN 1 Solo
SMAN 6 Solo
Fakultas
Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985
Karir:
Pendiri
Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990)
Ketua Bidang
Pertambangan & Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996)
Ketua
Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)
Penghargaan:
Joko Widodo
terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″
Menjadi
walikota terbaik tahun 2009
Pak Joko
Widodo jg meraih penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan dan kinerja
beliau selama membangun dan memimpin kota Solo.
Universitas
Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award
Selain itu,
berkat kepemimpinan beliau (dan tentunya semua pihak yg membantu), kota Solo jg
banyak meraih penghargaan, di antaranya
Kota
Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah
Kota Layak
Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
Wahana
Nugraha dari Departemen Perhubungan
Sanitasi dan
Penataan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum
Kota dengan
Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia
Video Pak
Jokowi di Youtube dalam acara Mata Najwa
Jokowi yang mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta akhirnya memenangkan Pilkada DKI Jakarta dengan melalui proses pemilu 2 putaran. Pada 15 Oktober 2012, Jokowi dilantik sebagai Gunernur DKI Jakarta. Selamat atas terpilihnya beliau dan semoga amanah bisa dijalankan dengan baik demi kesejahteraan jutaan rakyat Jakarta.
Komentar