PANDANGAN ISLAM TENTANG SIKAP MENGUNGKIT-UNGKIT SUATU PEMBERIAN,MENURUT AL-QUR’AN DAN HADITS.


((Bismillahirrahmanirrahim))

==================

Seorang muslim yang takwa apabila ALLAH telah memberinya taufik, untuk memberi dan mengeluarkan harta di jalan-Nya,ia tidak akan mengungkit-ungkit pemberian tersebut.ia berusaha menjadi orang yang di katakan ALLAH dalam firman-Nya::> (Qs.Al-Baqarah :262 )



Ia tidak lupa,bahwa tidak ada yang lebih menghapuskan dan membatalkan pahala sedekah daripada mengungkit-ungkit dan menyakiti orang yang diberi.Bahkan ALLAH menyeru kepada orang-orang mukmin agar menghindar dan memperingatkan dari sifat yg tercela itu,yaitu mengungkit-ungkit.

Sehingga membatalkan sedekah dan manghapuskan kebaikan.Seruan ini selalu tergiang di telinganya,menggugah jiwanya dan memalingkannya dari mengungki-ungkit atau menyakiti.

ALLAH berfirman::> (QS.Al-Baqarah : 264 )

Orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya kepada orang miskin,dimana karena ia butuh dan terpaksa menerima pemberian tersebut,merupakan penghinaan bagi kemanusiaannya,pelecehan terhadap kehormatannya,dan menurunkan martabatnya.



”INI SEMUA DI HARAMKAN DALAM SYARIAT ISLAM” dimana menganggap orang yang memberi dan orang yang menerima sebagai dua orang bersaudara,tidak ada yang membedakan keduanya kecuali amal saleh.Seorang saudara tidak mengungkit-ungkit terhadap saudaranya,dan tidak menyakiti diri dan kehormatannya.Oleh karena itu,ancaman bagi orang yang mengungkit-ungkit sangat keras,sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dzarr, berkata::”Tiga orang yang tidak diajak bicara oleh ALLAH pada hari kiamat,tidak melihat kepada mereka,dan tidak mensucikan mereka,dan mereka mendapat siksa yang pedih,” Rasulullah membacanya tiga kali,Abu Dzarr berkata:”Mereka merugi,siapa mereka wahai Rasulullah,?”….Beliau berkata:> (HR.Shahih Muslim.)



**Sikap senang menjamu para tetamu.**



Sesuatu yang lazim bahwa seorang muslim yang takwa yang telah mengetahui makna kemurahan hati,senang menerima tamu dan gembira menghadapi tamu,serta bersegera memuliakannya.Demi menerapkan akhlak Islam dalam dirinya,sebagai cermin dari keimanan kepada ALLAH dan hari akhir.

Disebutkan dalam sebuah hadits:> (Muttafaq ‘alaihi.)



Orang yang memuliakan tamu mengaskan diri bahwa ia beriman kepada ALLAH DAN HARI AKHIR,dengan memuliakan tamunya.Oleh karena itu,memuliakan tamu ini dinamakan hadiah,sebab apa yang disunguhkan pada tetamunya,seakan –akan ia merupakan tanda terimakasih terhadap tamunya yang telah memberikan,kesempatan beramal soleh kepada tuan rumahnya.



Ia membuktikan keimanannya dan meridhahkan Tuhannya,seperti yang disebutkan dalam hadits::> (Muttafaq ‘alaihi.)



Memuliakan tamu dalam Islam merupakan amal mulia yang disenangi oleh seorang muslim sejati,ia mendapat pahala.Oleh karena itu,Islam telah mengatur dan meletakan batas-batasnya,hadiah tamu,sehari semalam,kemudian datang kewajiban menjamu tamu,lamanya tiga hari,lebih dari itu adalah sedekah yang dicatat pada lembaran amal orang yang menjamu tamu tersebut.



Memuliakan tamu dalam Islam bukanlah sukarela sesuai dengan kemauan dan ijtihad peribadi,akan tetapi merupakan kewajiban bagi seorang muslim,ia wajib segera melaksanakannya apabila ada seseorang yang mengetuk pintu,atau ada tamu yang masuk kehalamannya,seperti yang disabdakan Rasulullah::> (HR.Shahih Bukhari.)



Adapun orang-orang yang merasa kesal menerima tamu,dan menutup pintunya dari tamu,maka tidak ada kebaikan padanya,sebagimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Nabi::> (HR.Shahih Ahmad)



Islam menjadikan sikap menjamu tamu adalah suatu kewajiban atas setiap muslim dan menganggapnya sebagai hak bagi tamu,dan tidak boleh diabaikan oleh seorang muslim.Apabila sifat kikir telah meluas dalam suatu kaum dan mereka sampai menolak hak tamu,maka Islam mengijinkan bagi tamu mengambil haknya dari mereka,seperti yang telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh BUKHARI Dan MUSLIM dan yang lainnya dari UQBAH BIN AMIR BERKATA: Aku berkata: “Wahai Rasulullah,engkau mengutus kami lalu kami singgah disuatu kaum,tetapi mereka tidak menjamu kami,bagaimana pendapatmu,?”….BELIAU bersabda::> (HR.Shahih Bukhari dan Muslim.)



Menjamu tamu adalah hak Islam yang “BAKU”,oleh karena itu anda tidak mendapatkan seorang muslim yang baik keIslamannya dan bersifat “BAKHIL”tidak mau menjamu tamu,bagaimana pun kondisinya.Hal ini karena Islam mengajarkannya bahwa makanan dua orang cukup untuk tiga orang,dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang,ia tidak takut sama sekali jika ada tamu mengetuk pintu dengan tiba-tiba.Dan ABU HURAIRAH berkata::> (Muttafaq ‘alaihi.)



Dari JABIR berkata::> (HR.Shahih Muslim.)



Seorang muslim sejati tidak takut akan banyaknya makanan,seperti orang barat yang tidak mau menerima tamu mendadak sedangkan ia belum menyiapkan makanan sebelumnya.Akan tetapi seorang muslim menerima tamunya yang datang secara tiba-tiba dan menyambutnya untuk ikut serta makan bersamanya,tidak mengapa bagi dirinya apabila jatah perutnya kurang beberapa suap makanan:karena lapar lebih ringan baginya daripada tidak menerima tamu yang diperintahkan oleh ALLAH dan Rasul-Nya untuk dimuliakan,bahkan ALLAH memberkahi makanan satu orang hingga cukup dimakan dua orang,dan memberkahi makanan dua orang hingga cukup dimakan empat orang,dan seterusnya….tidak perlu baginya ketidak perdulian yang dibenci,yang merupakan kebiasaan orang barat,didikan materialistis baik ditimur maupun di barat.



Orang-orang saleh terdahulu telah mebuat contoh teladan yang luar biasa dalam memuliakan tamu.Bahkan ALLAH kagum atas atas perbuatan mereka dalam memuliakan tamu,kisah ini dapat kita lihat dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh BUKHARI dan MUSLIM dari ABU HURAIRAH bahwasanya seseorang datang kepada NABI,lalu beliau mengutus seseorang kepada istri-istrinya,mereka mengatakan:”kami tidak mempunyai apa-apa kecuali air,”maka RASULULLAH berkata:”Siapa yang mau menjamu ini,?”….maka menyahutlah seseorang dari kaum ANSHAR:”Saya,” lalu ia membawanya pulang ke rumah istrinya,ia berkata kepada istrinya:”MULIAKANLAH TAMU RASULULLAH,” Ia berkata:Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali makanan yang cukup untuk anak-anak,” Ia berkata:”Siapakan makananmu,betulkan lampumu,dan tidurkan anak-anakmu apabila mereka ingin makan malam,” maka ia menyiapkan makanan,membetulkan lampu,dan menidurkan anak-anaknya,kemudian ia berdiri sekan-akan memperbaiki lampu lalu memadamkannya,kemudian keduanya menampakkan seakan-akan keduanya makan bersama tamu,dan bermalam dalam keadaan lapar.

Di pagi harinya,ia pergi menemui RASULULLAH,beliau berkata: “ALLAH kagum atas perbuatan kalian berdua terhadap tamu kalian,dan ALLAH menurunkan ayat::> (QS.AL-HASYR : 9)



Akan tetapi seorang muslim yang takwa adalah pribadi cerdas dan peka,apabila ia singgah di rumah saudaranya sebagai tamu,ia mengerti kondisinya,ia tidak tinggal dirumah suadaranya dengan tenang dan santai,atau tidak perduli apakah ia memberatkan dan menyulitkan serta mengganggu yang mengakibatkan rasa kesal,karena ia mendapatkan petunjuk dari NABI yang MENGHARAMKAN perilaku ini,yaitu LARANGAN MEMBERATKAN TUAN RUMAH ADALAH HAL YANG TIDAK SESUAI DENGAN ROH ISLAM,hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Hadits oleh MUSLIM dari NABI:”TIDAK HALAL BAGI SEORANG MUSLIM TINGGAL DI RUMAH SAUDARANYA HINGGA MENJATUHKANNYA PADA DOSA,” MEREKA BERKATA: “WAHAI RASULULLAH,BAGAIMANA IA MENJATUHKANNYA KEPADA DOSA,?”…..BELIAU BERKATA:> (HR.Shahih Muslim)



Dalam Riwayat BUKHARI::> (HR.Shahih BUKHARI.)



Oleh karena itu terlepas dari besarnya dosa (yang harus ditanggung)atau merasa berat (menerima tamu),seorang muslim yang takwa jauh dari menjerumuskan saudaranya pada dua kondisi tersebut.Karena seorang tamu muslim adalah orang yang beradab,dan Islam mengajarkannya Etika bertamu dan berprilaku yang benar ketika bertamu.Oleh karena itu,ia berusaha melaksanakan perilaku ini dengan teliti.Sehingga ia tidak memberatkan tuan rumah,pandai memahami apa yang di sukai tuan rumah,dan tanggap terhadap apa yang disampaikan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mentransformasi data ke dalam bentuk Log dan Ln dengan Eviews7

Transformasi data Ke Dalam Bentuk Log dan Ln dengan SPSS 20

Cara Mendeteksi Outlier Data Menggunakan SPSS