Saya, Merasa Sangat Bersalah…
Assalamualaikum wr wb..
Sebuah tulisan Ricky Elson sang Putra Petir yang membuat saya merinding...
enggak percaya? silahkan baca..
saya, merasa sangat bersalah…
pada “orang tua”yang tak berhenti berjuang itu. pada seseorang sangat memberikan kepercayaan besar pada saya yang sebenarnya tak memiliki ilmu seperti yang dibayangkan banyak orang.
saya merasa bersalah…
karena menyanggupi permintaan beliau..walau saya sendiri di beberapa pertemuan awal telah menceritakan beratnya mewujudkan mobil listrik dengan kondisi seperti ini di Indonesia dan selalu meyakinkan beliau, bahwa bukan untuk 1 tahun 2 tahun ini..
saya merasa bersalah…
karena menyanggupi akan membantu mewujudkan dalam 1, 2 tahun dari pertemuan itu, dengan harapan beliau..bahwa project awal ini adalah untuk meyakinkan pemuda pemudi Indonesia
bahwa kita sanggup jika kita berjuang.. sungguh sungguh..
saya merasa bersalah…
menyatakan sanggup membuat prototipe mobil listrik dengan biaya hitungan beberapa Milyar…
dimana untuk projek yang saya ikuti di jepang 1 projek prototype , dengan dana konsorsium hingga 60 milyar
saya merasa bersalah…
menyanggupi…
padahal saya tahu, dinegeri ini semua peralatan terbatas…
saya merasa bersalah…
ketika diawal saya setuju diutus ke beberapa BUMN industri untuk menganalisa kemampuan perwujudan mobil listrik
dengan kondisi yang ada pada saat itu…ketika untuk mengembangkan mesin penggerak, Motor Listrik..
tak ada peralatan Laser Cutting, Wire Cutting dan Mesin Stampin.. untuk membuat komponen stator dan rotor…
saya sangat merasa bersalah…
karena ketika pertemuan dengan RI1 satu di Gedung Agung Jogja… 25Mei, dihadapan 38 rektor, beberapa mentri yang telah memaparkan roadmap Mobil listrik Indonesia, dengan lantang saya berkata akan mewujudkan mesin mobil listrik yang saat itu baru direncanakan lahir akhir tahun 2014 ini, dalam waktu 3 bulan, atau dihari Harteknas 2012.
saya sangat merasa bersalah…
pada kolega di perusahaan saya, ketika teknologi yang belum saya patenkan disana, bulat-bulat saya berikan ke sebuah BUMN,
dan kami berpacu dengan waktu mewujudkan mesin mobil listrik tersebut, dimana hampir semua dari mereka tak percaya, Motor Listrik dengan berat komponen Untama 16 kg ini akan mampu menggerakkan Mobil dengan daya rated 30kW (40HP) dan peak 50kW.
saya merasa bersalah…
karena untuk menjawab, tantangan Presiden Negeri lebih dari 250 Juta jiwa ini, saya memesan prototipe dengan nama pribadi ke Partner Perusahaan di Jepang…
saya merasa bersalah…
pada Istri saya melibatkan dia dalam perjalanan berbahaya di tanggal 19 Juli 2012, dengan memasukkan kedalam koper saya prototipe Stator dan Rotor motor listrik untuk mimpi yang sangatlah berat ini. saya merasa bersalah melihat wajahnya yang sangat mengkhawatirkan saya, dengan doa, agar saya tidak tertangkap di bandara Jepang dan di Bea Cukai Indonesia…
saya… merasa bersalah…
memberikan mimpi pada pegawai BUMN, yang saya ajarkan proses produksi motor listrik ini, berharapa akan banyak pesanan jika program ini berkelanjutan dari seluruh universitas yang terlibat pengembangan mobil listrik…
saya merasa bersalah…
telah membuat sahabat sahabat BUMN ini… bekerja siang malam tanpa libur, sejak 20Juli 2012… hanya untuk mewujudkan 1 mobil konversi bertenaga listrik, namun dengan mesin buatan tangan mereka.. yang akhirnya, pada hari Harteknas tersebut… hanya ada kebanggaan sepi dari para teknisi.. tanpa penghargaan akan jerih payah mereka…
saya juga sangat merasa bersalah sekali…
tak bisa membiarkan Pak Tua ini…
berjanji pada media, bulan 7, setelah umrah, bulan 10, bulan 11…. untuk memamerkan sebuah karya indah Mobil lsitrik Tucuxi, yang tak kunjung selesai.. karena sesuatu dan lain hal.. saya tak tega, melihat beliau tetap tenang ditagih media, “kapan ferrari listriknya ditampilkan pak?”
dan saya merasa bersalah…
ketika harus bilang pada beliau… saya ikut campur untuk menyelesaikannya… sehingga terjadilah perpecahan antara Sang Pencipta dengan Beliau, hanya karena saya….tentu saja mobil tersebut berhasil di Launching… dengan penuh kekurangan disana sini… namun harapan pada kejayaan harus di gelorakan… apapun pengorbanannya..
saya merasa bersalah…
walau pun saya dan team, sudah menjelaskan bahwa…
mobil tersebut belum akan mampu… menempuh perjalanan dari solo ke magetan…. namun kalah dengan keyakinan beliau, bahwa… anda harus membuatnya mampu…
saya merasa bersalah…
pada team Kupu kupu malam… mengajak mereka dalam resiko hidup mati… untuk menyiapkan perjalanan itu, dengan memperbaiki berbagai fitur keamanan, penguatan posisi baterai, penggantian sistem AC, perbaikan Steering, perbaikan AC, dan Sistem pengereman…
saya merasa bersalah…
ketika keluarga teman-teman saya di Jepang bercerita.. indahnya tahun baru pada istri saya, saya dan Team… diam diam setiap hari menguji performa mobil di Turgo Merapi, simulasi.. perjalanan Cemara Sewu… bertaruh nyawa, yang pastinya dimata pengomentar… mengapa ga uji di sirkuit…mengapa ga begini , mengapa ga begitu…
saya sangat merasa bersalah…
setelah saya menceritakan hasil uji dan kekhawatiran saya tentang Fungsi Rem saja… saya masih belum mampu mengalahkan tekad ORANG TUA ini….
saya merasa bersalah sekali…
mempertaruhkan nyawa seorang menteri yang begitu yakin dan sungguh-sungguh pada kejayaan bangsa ini… dengan perjuangan mewujudkan mobil listrik…
saya merasa bersalah sekali…
tak mampu membuat beliau mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan setelah pemberhentian sejenak…itu…
saya merasa bersalah…
telah membuat khawatir dan gundah pada sikap gila saya sehingga terjadinya kecelakan tgl 5 januari 2013 itu, yang membuat istri, ibu dan semua bunda2 tercinta saya menangis tersedu sedu… walau saya dan beliau tak mengalami luka sedikitpun… berkat perlindungan Allah..
saya merasa bersalah dan geram…
Tak bisa membela beliau.. dipermalukan oleh media dan orang orang tak berhati… dari siaran televisi yang hanya saya bisa tonton dari youtube di Jepang..
saya merasa bersalah…
menyetujui dikembalikan ke jepang sementara… agar saya tak memberikan klarifikasi yang sebenarnya… untuk membela beliau…
sambil berkata… ” Rick… kalau ada anak yang teriak ke teman dan tetangga protes pada bapaknya… apa mungkin bapaknya… bela diri dan bilang ke tetangga bahwa anaknya.. lah yang jahat, atau membiarkan saudaranya membela bapaknya.. dan ikut bilang saudara tuanya,. yang salah?”
Saya merasa bersalah sekali…
1 jam setelah kecelakaan… saya masih meng IYA kan… bisikan beliau… “anda sanggup bikin satu lagi, yang lebih baik, pake gearbox… kita lewat sana lagii”…dan bibir saya dengan semangat dan senyum membara..berucap ” sanggup Abah”…
saya merasa bersalah…
setelah menyanggupi… tak mengizinkan beliau sedikitpun melihat prose pengerjaan… mobil listrik Selo dan Gendhis….
hanya dengan janji… akan menyelesaikan 5 unit mobil tersebut tepat Waktu di Ajang APEC 2013, di Bali oktober lalu…..
saya merasa bersalah…
bahwa dengan kekurangan peralatan presisi di sana ini.. saya harus memforsir kemampuan para maestro Selo dan Gendhis, siang malam 5 bulan…. mewujudkan nya..
saya merasa bersalah…
tak mampu meyakinkan bapak bapak saya di kemenhub dan kemenristek… bahwa ini.. adalah awal perjuangan kemandirian bangsa yang harus didukung…didukung sepenuh hati…. sepenuh hati.. sepenuh jiwa sepenuh raga….
saya sangat merasa bersalah dan bersedih…
melihat wajah Orang Tua… yang sangat berharap izin mengendarai… hanya untuk menguji dengan kondisi jalan sebenarnya… untuk riset dan perbaikan performa… bukan unuk menjual apalagi produksi…namun tak kunjung jelas…
saya sangat sedih tak terkira….
ketika saya tahu beliau merasa sangat bersalah pada diri saya, merasa telah menjadi penyebab saya meninggalkan kehidupan di jepang dan bahagia bersama keluarga… untuk mimpi yang tak kunjung jelas ini….
padahal saya sangat bahagia…
ada beliau yang mengerti perjuangan….saya.
dan saya tak berharap rasa penyesalan dan rasa bersalah beliau memanggil saya pulang ke negeri ini…
karena , saya begitu percaya pada takdir….
pada Keputusan SANG MAHA BERKEHENDAK….
bahwa semua ini adalah takdir dan skenario dari NYA…
maaf kan saya Abah….
saya tak akan kembali lagi untuk tinggal di Jepang…
dari hati kecil yang paling dalam…
jangan “usir” saya dari negri ini….
saya akan tetap berjuang dengan segala keterbatasan ini…
dan insyaAllaah tak akan menyerah dan menyalahkan siapa siapa ketika..
jawabannya adalah kegagalan … dimata mereka.
ada pepatah dikampung halaman saya…
“indak ado kayu, janjang dikapiang”…
bismillah…. semoga Allah memberikan jawaban atas perjuangan kecil ini…
sungguh saya mohon maaf pada Istri, Keluarga, pada Guru2 saya… dan pada Abah, Orang Tua yang terus berjuang….untuk kejayaan bangsa ini…
jangan lah merasa bersalah pada hidup saya,
karena Saya adalah Tokoh utama dari hidup saya dengan
penulis skenario… SANG MAHA GURU.
hemmmmmm
sebagai balasan… MH tentang saya… lalu.
ciheras , 1 Mei 2014
ternyata surat tersebut di buat oleh Ricky Elson atas surat yang diterbitkan oleh "abah" Dahlan Iskan seperti di bawah ini...
Main-Main Nasib Ahli yang Mahal
Saya merasa bersalah. Salah besar. Terutama kepada anak muda yang hebat ini: Ricky Elson.
Dia sudah enak hidup di Jepang. Sekolahnya pintar dan setelah lulus pun langsung diminta untuk bekerja di perusahaan besar di sana. Gajinya bagus dan karirnya melejit. Perusahaan itu juga memberikan lapangan yang luas yang bisa dia pakai untuk berkiprah.
Ricky Elson menemukan banyak inovasi kelas dunia. Selama bekerja di Jepang, dia berhasil mematenkan 14 penemuan di lembaga paten di Jepang. Terutama di bidang motor listrik. Anak yang begitu lulus SMA di Padang itu langsung sekolah di Jepang menjadi anak emas di sana.
Kesalahan saya adalah memintanya pulang ke Indonesia. Untuk mengabdi ke bangsa sendiri. Cukuplah mengabdi 14 tahun untuk bangsa Jepang.
Di berbagai kampus universitas kita, saya memang sering mendengar teriakan mahasiswa seperti ini: mengapa tidak diusahakan memanggil pulang anak-anak bangsa yang hebat-hebat yang kini di luar negeri.
Terakhir suara seperti itu saya dengar waktu dialog dengan mahasiswa Politeknik Negeri Denpasar dan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dua minggu lalu. Pertanyaan seperti itu juga disuarakan banyak kalangan di berbagai kesempatan.
Tentu saya mencoba untuk realistis. Jangan semua anak kita yang hebat dipanggil pulang. Panggillah yang benar-benar diperlukan untuk proyek mendesak yang bisa mengeluarkan bangsa ini dari kesulitan.
Saya melihat bangsa ini lagi terbelit masalah besar. Yang belum menemukan jalan keluarnya yang jelas. Yakni, persoalan ketergantungan bangsa ini pada bahan bakar minyak (BBM) impor. Kian lama impor BBM kita kian besar. Dan, akan kian besar.
Salah satu solusi yang saya lihat adalah mobil listrik. Bukan karena saya ahli mobil listrik, melainkan begitulah pendapat ahli di seluruh dunia. Kalau terlambat mengembangkannya, kita akan terantuk lubang untuk kali kedua. Mobil-mobil listrik buatan asing akan membanjiri Indonesia dalam 15 tahun ke depan.
Maka, saya merayu Ricky untuk pulang. Memang dia semula menolak. Gajinya akan turun drastis. Dia sudah menikah. Perempuan Padang juga. Dia sudah harus bertanggung jawab kepada keluarga.
Tapi, alasan penolakan terbesarnya adalah ini: apakah saya akan berarti? Apakah saya akan mendapatkan keleluasaan untuk mencipta? Apakah pemerintah Indonesia akan memberikan dukungan? Apakah proyek itu benar-benar akan bisa jalan? Dan, banyak pertanyaan yang sifatnya jauh dari urusan uang seperti itu.
Soal gaji yang akan turun, saya bisa mencarikan jalan keluar. Biarlah seluruh gaji saya sebagai menteri, dialah yang menerima. Setiap bulan. Tapi, soal jaminan kelangsungan proyek, saya sulit memberikan. Kecuali bahwa saya akan ikut all-out. Termasuk membiayai seluruh pembuatan mobil-mobil listrik prototipe.
Ricky memenuhi komitmennya. Membuat mobil listrik 100 persen made in Indonesia. Dia juga berhasil membina tenaga-tenaga ahli di Pindad agar bisa membuat bagian yang paling sulit dari mobil listrik: motor listrik.
Tapi, nasib mobil listrik kini kian tidak jelas. Aturan tentang mobil listrik tidak segera keluar. Sikap Bapak Presiden sendiri sudah sangat jelas: berikan dukungan yang maksimal untuk mobil listrik. Nyatanya, sulitnya bukan main.
Kini Ricky menganggur di Indonesia. Dia seperti harus menunggu Godot. Maka, dia mulai merasa hidup sia-sia. Dia ingin kembali ke Jepang. Dia tidak berani mengatakannya langsung kepada saya, tapi dari beberapa tulisan tentang Ricky di Kompasiana, saya bisa merasakan dukanya yang dalam.
Bahkan, salah seorang temannya di Jepang meledeknya dengan kalimat ini: sudah puaskah Anda hanya main-main di Indonesia?
Saya merasa bersalah. Saya tidak akan mampu menahannya. Terutama karena masa depannya yang tidak boleh dikorbankan.
Ricky sebenarnya sangat ideal bagi saya. Selama hampir dua tahun di Indonesia, dia kerja amat keras. Sama sekali tidak menonjolkan diri sebagai seorang ahli. Dia sangat ringan kaki. Mau terjun ke bawah dan mengurus hal yang detail.
Dia tidak segan-segan ikut angkat-angkat barang. Dia mau membina dan mengajar secara telaten dan sistematis. Misalnya, mempraktikkan dan menularkan ilmu yang dia peroleh selama di Jepang.
Saya masih berharap, kalau perjuangan mobil listrik sudah jelas, kelak akan merayunya kembali untuk pulang ke Indonesia.(***)
Dahlan Iskan
Menteri BUMN
—————
Sungguh mengharukan membaca kedua tulisan ini. rasa bersalah orang tua yang merasa tidak bisa menepati janji, dibalas oleh rasa bersalah sang Putera yang merasa telah menebar harapan palsu. Yang paling menyedihkan adalah betapa merasa tidak bersalahnya negeri ini, telah menyia-nyiakan kedua manusia hebat yang sedang merintis jalan melepas negeri ini dari jeratan persoalan BBM. Persoalan yang tidak akan ada jalan keluarnya, kecuali kita mulai menggunakan energi alternatif, dan itu harus dimulai dari sekarang.
Sumber : klik disini
Komentar