Rakyat, Wakil Rakyat dan Uang rakyat
Rakyat? Ya, dalam sistem
pemerintahan di negara kita ini “katanya” rakyat lah yang memegang kekuasan
tertinggi dari pemerintahan, dengan kata lain rakyatlah yang menentukan kemajuan
negeri kita tercinta ini, kita memilih presiden dan wakil presiden secara
langsung, serta wakil rakyat secara langsung. Sedangkan wakil rakyat? Merupakan
wakil – wakil yang dipilih oleh rakyat untuk menampung aspirasi dan
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada masyarakat yang kemudian
dibahas oleh wakil rakyat tersebut secara bersama-sama untuk memberikan
kontribusi yang memihak kepada rakyat dan mampu meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara umum. sudah seharusnya para "wakil rakyat" yang digaji dengan uang rakyat mampu menyuarakan berbagai keluhan rakyat. Ya, Itu merupakan tujuan mulia dari sistem demokrasi
yang tercinta dan begitu kita “banggakan”
ini.
Sementara dalam menjalankan
tugasnya, saya yakin sebagian kecil dari para wakil rakyat yang terhormat tersebut
masih menggunakan hati nuraninya dan berjuang demi rakyat, namun sebagian BESAR
mereka malah lebih sering meyakiti hati rakyatnya sendiri, yang telah memilih
mereka menjadi wakil rakyat yang terhormat di kursi DPR yang empuk, baik
tingkat kab/kota, provinsi maupun tingkat pusat. Kesenjangan antara rakyat dan
wakil rakyat kita lihat sekarang ini sangat sangat sangat mengerikan, rakyat
dalam keadaan sengsara sementara “wakil rakyat yang terhormat” malah hidup
dengan bergelimangan harta. Ada – ada saja kelakuan wakil rakyat kita, mulai
dari absennya saat sidang paripurna, tidur saat rapat, perjalanan dinas luar
negeri yang menghamburkan miliaran uang rakyat hingga isu terbaru yang membuat
kita ingin gantung diri yaitu “anggota DPR juga menerima gaji 13”(klik untuk baca berita selengkapnya), untung saja diklarifikasi kembali (klik disini) . Entah apa
yang ada dibenak mereka, hingga bisa dikatakan tidak tahu malu lagi, dengan
berbagai carut marut masalah perekonomian masyarakat, seolah mereka tidak lagi
memikirkan rakyatnya. Janji yang diberikan sewaktu kampaye dahulu seperti
termakan oleh waktu.
Apa gunanya melakukan perjalanan
ke luar negeri? Saya rasa dengan keterbukaan informasi di dunia maya sekarang
ini, hampir tidak ada informasi yag tidak bisa kita dapat dengan berselancar di
internet. Mulai dari informasi yang legal hingga memperoleh informasi yang
ilegal. Dalam hal ini, jika alasannya untuk menambah pengetahuan mengenai
budaya, perekonomian, infrastruktur dan segudang alasan “atas nama RAKYAT” dari wakil
rakyat yang terhormat tersebut mampu kita gali “hanya” dengan modal laptop (kisaran
4jtaan) dan sebuah modem (200rb an + 6.000.000 => (100rb x 60
bulan)). Dari pada mengamburkan duit yang kabarnya mencapai Rp 20 jt/orang,
mendingan menggunakan kalkulasi sederhana saya yang di atas yang totalnya hanya
Rp.10.200.000. jadi sisa 9,8 juta kan? Kalikan aja ama berapa orang yang
melakukan perjalanan luar negeri tu, kita misalkan saja 10 orang x 9.800.000 = 98.000.000,-. Jumlah yang sangat besar yang bisa dihemat, atau mungkin lebih
baik dibelikan perlengkapan sekolah (seragam,tas, sepatu dan alat tulis)
kemudian disumbangkan kepada sekolah-sekolah yang memiliki murid-murid kurang
mampu.
Selain cara di atas, bisa pula
perjalanan dinas luar negeri di gantikan dengan perjalanan “dinas dalam
negeri”. Dengan kata lain, melakukan kunjungan ke daerah-daerah (terutama daerah dapil caleg itu sendiri) yang masih
terisolasi, tertinggal dan terbelakang meski harus mendaki dan menuruni gunung,
melewati lembah dan sungai-sungai serta menyebrangi lautan (terkesan lebay,
tapi memang begitu keadaan geografis negara kita ini). Kegunaan dari kunjungan
ialah untuk menampung aspirasi langsung dari masyarkat tanpa adanya calo-calo
kebijakan yang bermain. Sehingga hasil perjalanan tersebut 100% selain pasti
lebih menyenangkan hati rakyat karena mampu secara langsung menyampaikan
keluhan-keluhan mereka. Selain itu, kegunaan dari perjalanan dinas daerah ini
adalah agar pihak SKPK (pemerintah daerah setempat) tidak selalu
disalahkan/dikambinghitamkan karena tidak meratanya pembangunan karena adanya
kong-kalikong antar pejabat daerah. Sudah semestinya wakil rakyat mampu
mengangkat suara rakyat yang mungkin tidak terdengar oleh pejabat setempat.
Yah,Tapi tetap saja itu kita kembalikan kepada anggota dewan kita yang
“terhormat” tersebut.
Terkadang kita sebagai
masyarakat juga terlihat bodoh, hanya gara-gara “bantuan” sebesar 50rb –
ratusan rb serta “THR” berupa sirup bergambar foto sang caleg, serta ambulance gratisss yang terdapat foto sang caleg membuat kita
menderita selama 5 tahun lagi. Ntah lah, Terkadang memang itu bukanlah 100%
salah “wakil rakyat” melainkan kebodohan kita sendiri yang mau kembali memilih
para “wakil rakyat” itu. Mudah-mudahan kedepannya kita sebagai masyarakat lebih
mampu menggunakan hati nurani kita dalam memilih wakil kita, baik di kab/kota,
provinsi, maupun tingkat pusat, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup kita
minimal di bidang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan.. semoga... :-)
#hanyasebuahcoretanorangawam
Komentar